TOTABUAN.CO — Zimbabwe Raya yang berjarak 30 kilometer dari Kota Masvingo adalah reruntuhan kota kuno yang dulunya merupakan ibukota Kerajaan Zimbabwe. Kerajaan ini merupakan perwujudan kebudayaan kuno yang menempati wilayah sabana seluas 722 hektar dari tahun 1100 hingga 1400.
Zimbabwe Raya diperkirakan sudah berumur 900 tahun. Diperkirakan dulunya situs ini merupakan titik pusat kerajaan. Wilayah sekitarnya dikelilingi tembok setinggi lebih dari lima meter, semuanya dibuat tanpa bahan semen atau campuran beton. Reruntuhan monumen raksasa ini disebut sebagai struktur terbesar dan tertua yang pernah ditemukan di bagian selatan Afrika.
Dulunya wilayah ini merupakan daerah yang kaya akan bahan tambang emas dan karenanya menjadi pusat perekonomian dan aktivitas warga pada zaman itu.
Dilaporkan CNN, sejumlah legenda menyebutkan kalau situs ini merupakan tempat ‘bermain’ para raksasa. Tetapi penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa situs ini merupakan buatan manusia, yaitu bangsa kulit hitam.
Situs yang dulunya merupakan wilayah negara Rhodesia ini sempat menjadi sumber pertikaian. Rasisme dan diskriminasi terhadap warga kulit hitam yang saat itu masih tumbuh subur mengakibatkan pemerintah Rhodesia menolak mengakui kalau struktur raksasa dengan arsitektur megah yang dibuat dengan teknologi tergolong sangat maju untuk zamannya itu dibuat oleh orang-orang kulit hitam.
Ketika negara Rhodesia melepaskan diri dari persemakmuran Inggris, negara ini berubah nama menjadi Zimbabwe, sebuah kata yang berasal dari bahasa Shona, terinspirasi dari tembok raksasa yang mengelilingi reruntuhan Zimbabwe Raya.
Sampai sekarang belum dapat dipastikan kenapa situs ini ditinggalkan oleh 18.000 warga (menurut perkiraan) yang bermukim di sekitarnya. Sejumlah teori yang dikemukakan para ahli meliputi persediaan sumber daya alam yang semakin menipis, kondisi politik, sampai perubahan iklim.
sumber : merdeka.com