TOTABUAN.CO — Data Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan bahwa angka kejadian kanker di Indonesia mencapai 1.4 per 1000 penduduk. Tak hanya itu, kanker juga merupakan penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia.
Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan kanker bahkan paling mahal dibanding penyakit lainnya.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Subdit Penyakit Kanker, Direktorat Jendral P2PL Kementrian Kesehatan, Niken Wastu Palupi, MKM pada Media Health Forum yang dihelat PT Roche Indonesia di Jakarta, Rabu (17/12/2014).
Menurutnya, kanker yang paling banyak diidap oleh penduduk Indonesia diantaranya adalah kanker payudara, serviks, paru-paru dan kolorektum.
“Prevalensi penderita kanker di Indonesia terus meningkat. Umumnya dipengaruhi oleh kebiasaan buruk seperti merokok, kurangnya aktivitas fisik, mengonsumsi alkohol, hingga pola makan yang tidak sehat. Meski BPJS menanggung biaya pengobatan untuk kasus kanker tapi alangkah harapan hidup kemungkinan sangat kecil,” tambah Niken.
Sementara itu, Dr Ronald Hukom, dokter Spesialis Penyakit Dalam Hematologi Onkologi Medik, Rumah Sakit Kanker Dharmais, mengatakan bahwa kini pasien kanker bisa memperoleh tingkat harapan hidup yang lebih tinggi melalui metode angiogenesis.
Melalui metode ini, pembuluh darah yang berfungsi menyuplai makanan dan oksigen untuk sel tumor ditekan pertumbuhannya agar tidak menyebar ke organ lainnya.
“Sel tumor kalau sudah lebih dari 2 ml akan membuat pembuluh darah baru untuk mendapatkan makanan atau oksigen. Dengan pembentukan pembuluh darah baru maka memungkinkan sel ini memperbanyak diri atau metataksis untuk menyasar organ-organ lain,” ujar Ronald.
Namun, metode ini hanya efektif diberikan untuk penderita kanker paru-paru, ginjal, kolorektum, dan kanker ovarium yang sudah memasuki fase stadium lanjut.
Pasien yang diobati menggunakan metode angiogenesis ini diberikan obat anti-angiogenesis seperti sumitinib, regorafenib, sorafanib. Obat ini biasanya digunakan oleh pasien yang pernah menggunakan obat kanker lainnya namun tak efektif.
“Dengan pemberian terapi angiogenesis, pasien yang didiagnosis sisa umurnya tinggal beberapa bulan, tapi bisa bertahan hingga bertahun-tahun. Pasien kanker usus di RS Dharmais masih bertahan hidup selama 8 tahun sejak pemberian obat ini,” ujar dokter yang juga berpraktik di RS Pondok Indah ini.
sumber : suara.com