TOTABUAN.CO — Harga minyak mentah berfluktuasi di level terendahnya dalam lima tahun pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena tidak ada tanda-tanda bahwa produsen akan mengurangi produksinya dalam menanggapi kemerosotan harga.
Melansir Xinhua, Rabu (17/12/2014), harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Januari naik dua sen menjadi menetap di USD55,93 per barel di New York Mercantile Exchange, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari kehilangan USD1,2 menjadi USD59,86 per barel.
Menteri Energi Uni Emirat Arab, Suhail Al-Mazrouei, mengatakan bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan menahan diri untuk memangkas produksinya sekalipun jika harga jatuh ke serendah USD40.
OPEC mempertahankan pagu produksi kolektif 30 juta barel per hari dalam pertemuan di Wina pada 27 November. OPEC memproduksi sepertiga dari minyak mentah dunia. Analis menganggap keputusan OPEC sangat “bearish” untuk harga minyak mentah.
Pasokan berlimpah, permintaan moderat, dolar AS yang lebih kuat dan ketidakpastian tentang pertumbuhan ekonomi global menjadi faktor penting dalam tren harga minyak terbaru. Para pedagang juga sedang menunggu data mingguan persediaan minyak mentah AS yang akan dirilis Rabu, yang diperkirakan akan menunjukkan penurunan persediaan.
“Booming” minyak AS telah membuka pasokan dari formasi “shale” (serpih). Menurut data dari Badan Informasi Energi AS (EIA), produksi AS meningkat menjadi 9,12 juta barel per hari hingga 5 Desember, tertinggi dalam rekor mingguan yang dimulai pada Januari 1983.
sumber : metrotvnews.com