TOTABUAN.CO — Saham AS berakhir lebih rendah pada sesi volatil pada Senin karena harga minyak memperpanjang aksi jualnya. Hal ini menambahkan kekhawatiran tentang permintaan global yang melemah.
Pelemahan tersebut diikuti kinerja mingguan terburuk s&P 500 sejak Mei 2012. Indeks tersebut sekarang turun 3,4 persen sejak 8 Desember namun masih naik 7,6 persen untuk tahun ini sejauh ini.
Mengutip laman reuters, New York, Jakarta (16/12/2014), indeks S&P 500 di sektor energi (SPNY) memantul diantara wilayah positif negatif. Tetapi berakhir turun 0,7 persen. Kedua, minyak mentah AS dan Brent telah jatuh sekira 50 persen dari posisi tertinggi pada bulan Juni.
“Pertanyaan permintaan global yang lebih rendah dan bagaimana yang menerjemahkan ke dalam pertumbuhan ekonomi global, adalah kekhawatiran bagi investor,” kata wakil presiden senior di BB & T Wealth Management di Birmingham, Bucky Hellwig.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 99,99 poin atau 0,58 persen ke 17.180,84, S & P 500 kehilangan 12,7 poin atau 0,63 persen ke 1.989,63 dan Nasdaq Composite turun 48,44 poin atau 1,04 persen, ke 4.605,16.
Di antara angka-angka ekonomi hari itu, keluaran manufaktur AS mencatat kenaikan terbesar dalam sembilan bulan pada bulan November karena produksi diperluas di seluruh papan, menunjuk ke kekuatan yang mendasari dalam perekonomian. Namun, mengukur New York Federal Reserve manufaktur berubah negatif pada bulan Desember untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun.
Sekitar 8,4 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, di atas rata-rata 7,4 miliar selama lima sesi terakhir, menurut BATS Global Markets.
The S & P 500 membukukan 10 tertinggi 52-minggu baru dan 34 terendah baru, Nasdaq Composite mencatat 40 tertinggi baru dan terendah 179 baru.
sumber : okezone.com