TOTABUAN.CO BOLTIM–Buku panduan pengajaran Kurikulum 2013 (K13) sepenuhnya belum bisa diterima di sekolah-sekolah di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim). Ini karena, penerapan K13 dinilai prematur dan tergesa-gesa tanpa persiapan matang.
Kepala Dinas Pendidikan Boltim, Yusri Damopolii mengakui hal itu. Katanya, yang menerima panduan baru sebagian yakni, Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sedangkan untuk SMA dan Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) justru belum mendapatkan bahan belajar mengajar tersebut.
“SD, SMP baru sebagian yang menerima panduan, SMK yang belum ada. Tidak tahu apa kendalanya,” ujar Yusri.
Padahal biaya pengadaan buku yang dialokasikan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) lanjut Yusri, sudah tersedia dan siap dibayarkan.
“Guru dan siswa belum menerima terpaksa menggunakan soft copy yang kita bagikan. Guru-guru kita pun sudah dilatih semuanya untuk penerapan kurikulum 2013 ini,” tambahnya.
Dia setuju jika kurikulum ini dievaluasi oleh Kementerian pendidikan dan budaya (Kemendikbud) sebab, dinilainya prematur dalam penerapannya. “Mau tidak mau, terpaksa kita terapkan karena sudah diperintahkan Menteri yang lama,” tegasnya
Sesuai kurikulum 2013 maka SD akan ada 11 mata pelajaran, SMP 13 mata pelajaran dan SMA 17 mata pelajaran. Namun, SMK disesuaikan dengan jurusan yang dibuka. Sistem pembelajarannya sistematik. “Penerapan di SD pada kelas 1, kelas 2, Kelas 4 dan Kelas 5. Untuk SMP pada kelas 7 dan Kelas 8. Untuk SMA dan SMK diterapkan pada kelas 10 dan Kelas 11,” tutur yusri menjelaskan.
Dia menuturkan, pengadaan buku panduang pada semester I berasal dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan semester selanjutnya melalui Dana Alokasi Khusus (DAK). “Masalahnya tak semua siswa punya kemampuan memperbanyak buku panduan itu” pungkasnya.(Wan)