TOTABUAN.CO — Anak indigo cenderung memiliki pikiran terlalu luas dalam memasuki hal-hal yang tidak bisa disentuh oleh pemikiran manusia pada umumnya. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan karena mereka memerlukan energi besar dan proses berpikir yang berat dalam menghadapinya.
Kondisi ini makin parah karena ada beban sosial yang kerap diderita anak indigo, dijauhi dalam pergaulan teman sebayanya. Hal ini terjadi karena dia lebih sering menjadi ‘orangtua’ bagi teman-temannya tersebut.
Peringatan-peringatan, nasihat dan larangan-larangan yang kerap membuat temannya merasa jengkel, membuat mereka menjauh dari anak indigo tersebut.
Bagi para orangtua dan guru, anak-anak indigo hendaknya dipahami karena mempunyai kondisi kejiwaan yang khusus. Pemahaman orang-orang di sekitar atas keadaan mereka, akan sangat membantu penyembuhan luka batin.
Nama karibnya adalah Tasya. Ia lahir 2 Februari 2002. Sejak lahir, Tasya sudah terlihat memiliki sifat yang lain daripada anak seusianya. Seperti misalnya pada umur 3 bulan ia sudah memegang sendiri botol susunya, giginya yang sudah mulai tumbuh menjelang bulan kelima setelah kelahirannya, dan mulai bisa berbicara saat memasuki usia 8 bulan.
Tasya mengaku seringkali dirinya berbicara sendiri seolah-olah memiliki lawan bicara. Bahkan terkadang ia mengakui bahwa lawan bicaranya merupakan figur yang sangat menyeramkan.
Suatu ketika, Tasya mengaku bertemu dan berbincang dengan seseorang berwajah penuh lumuran darah, dan sosok serupa lainnya yang tak bisa dilihat orang-orang sekitarnya. Kedua orangtuanya sudah menyadari bahwa Tasya memang memiliki kelebihan, setelah Tasya mengaku melihat kakeknya hadir dalam pesta ulang tahun ibunya. Padahal, keluarganya pun tahu bahwa pada saat itu kakek Tasya sudah meninggal.
Selain itu, Tasya juga pernah mengabarkan keluarganya bahwa neneknya sedang sakit, padahal sang nenek yang dimaksudkannya itu berada di tempat yang jauh. Ketika di kroscek oleh pihak keluarga, ternyata apa yang Tasya katakan memang benar adanya.
Irvanda atau biasa disapa Ipang, dikenal sebagai anak gemar berbicara dengan sosok yang tidak tampak. Yang mengerikannya, Ipang kerap meminta pintu dan jendela rumah atau kamarnya untuk dibuka karena ‘teman-temannya’ banyak mau mampir ke rumahnya.
Sebagai anak kecil, Ipang bersikap dan bicara layaknya orang dewasa. Bahkan, dia seringkali menasihati orangtuanya dan mengaku malas berteman dengan anak kecil sebayanya. Karena itu, oleh lingkungannya Ipang dikenal juga sebagai seorang anak kecil yang justru lebih suka bergaul dengan orang dewasa.
Ipang juga tergolong sebagai anak kecil yang sangat cerdas. Bahkan kecerdasannya itu kerap membuatnya merasa jenuh saat menerima pelajaran, yang menurutnya hanyalah pelajaran bagi anak-anak kecil. Sementara dia butuh kapasitas pelajaran yang memang menarik minatnya.
Selain itu, Ipang diketahui memiliki kemampuan menebak sesuatu dengan keakuratan yang tinggi. Bahkan saat di mal, dia langsung bisa mengenali seorang laki-laki sebagai copet dan mengejarnya.
Anak-anak indigo seringkali dikaitkan dengan keyakinan reinkarnasi. Ario Handyojati adalah salah satunya.
Anak indigo berusia 12 tahun itu mengaku bahwa sebelum lahir kembali ke dunia, dirinya adalah seorang prajurit perang kerajaan China. Bahkan meskipun tak pernah diajari, Jati mampu menulis dengan menggunakan aksara China Kuno.
Suatu kali, anak ber-IQ 127 itu bisa mengetahui lebih dahulu dari siapapun saat neneknya akan meninggal dunia. Dalam kesehariannya pun, Jati mengaku kerap melihat berbagai jenis makhluk halus di sekitarnya. Jati mengatakan bahwa kebanyakan dari ‘mereka’ berwajah menakutkan seperti yang ada di film The Sixth Sense.
Mahasiswa dari sebuah fakultas psikologi di salah satu universitas swasta ini mengaku tak suka disebut sebagai anak indigo. Bahkan di sebuah acara televisi lokal, mahasiswa cerdas ini menguraikan rumus temuannya yang dinamakan Dekon Kompatologi.
Dekon kompatologi temuan Vincent ini adalah sebuah rumus, yang mengurai elemen-elemen tubuh manusia untuk kemudian didekonstruksi. Gunanya adalah untuk menyembuhkan penyakit dan membuat kualitas hidup lebih baik.
Namun, ternyata begitu banyak orang di sekelilingnya yang kontra dengan Vincent, baik berkenaan dengan teorinya, maupun faktor idiosinkratis pribadinya. Bahkan, ada sebagian kawannya yang menyatakan bahwa cepat atau lambat, Vincent akan masuk Rumah Sakit Jiwa.
Dari beberapa milis yang beredar, diketahui bahwa beberapa klien Vincent mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan karena berurusan dengan Vincent dan rumus kompatologinya tersebut. Entah benar atau tidak, tapi sejumlah orang di sekeliling Vincent mengakui bahwa pada kenyataannya tulisan-tulisan mahasiswa itu memang sangat sukar dipahami, sekalipun dalam bahasa sehari-hari.
sumber : merdeka.com