TOTABUAN.CO — Kesuksesan satu entitas ditiru entitas lain merupakan hal lumrah, bisa ditemukan di segala bidang kehidupan. Tak ada masalah dengan itu, sepanjang peniruan bisa melahirkan inovasi baru yang menguntungkan semua pihak.
Menjadi “haram” jika peniruan dilakukan membabi buta, turun-temurun. Entitas peniru terlena dan malas berinovasi.
Jepang dikenal kehebatannya sebagai negara peniru kreatif. Kemajuan industrinya berawal dari sikap meniru kesuksesan Eropa dan Amerika Serikat menciptakan produk teknologi.
Sebagai ilustrasi, Seiko Quartz, jam tangan asal Jepang, terkenal di dunia. Siapa sangka keterkenalan arloji keluaran Hattory Company itu dipicu oleh penemuan jam digital digerakkan oleh kuarsa atau quartz di Swiss.
Sayang, negara Eropa Tengah, dikenal sebagai penemu dan pembuat jam terwahid di dunia, menyicil pemanfaatan teknologi semikonduktor untuk pembuatan jam digital tersebut. Peluang ini dimanfaatkan oleh Jepang, memanfaatkan teknologi itu sepenuhnya untuk menghadirkan jam tangan bisa menguasai pasar global.
Belakangan, predikat negara peniru jatuh ke China. Negeri Tirai Bambu itu sangat produktif menciptakan produk tiruan. Sampai ada anekdot menyebut: Manusia, mulai dari melek mata hingga merem kembali, tak lepas dari barang “made in China”.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Sama saja, Indonesia juga suka meniru. Tapi, mudah-mudahan, meniru untuk merangsang penemuan baru.
Berikut adalah sedikit contoh peniruan dilakukan Indonesia. Tapi, ini bukan peniruan bisnis, melainkan kebijakan pemerintah.
Indonesia bukan negara pertama menerbitkan kartu elektronik perlindungan sosial untuk rakyat miskin. Terobosan ini sudah dilakukan Brasil saat dipimpin Presiden Luiz Inacio Lula da Silva.
Presiden akrab dipanggil Lula ini menggunakan kartu elektronik guna memudahkan pelaksanaan Bolsa Familia, semacam program pengentasan kemiskinan di negara terbesar di Amerika Latin itu. Program ini membawa pentolan Partai Pekerja itu sukses memimpin Brasil dua periode.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengakui program perlindungan sosial dijalankan pemerintah saat ini meniru Brasil. Negeri Samba dinilainya berhasil menyalurkan bantuan uang tunai menggunakan kartu elektronik.
“Presiden ingin lakukan penyaluran bantuan sosial ini mencontoh dari kesuksesan Brazil,” ucap Bambang, Jakarta, Rabu (26/11).
Sekedar informasi, Presiden Jokowi telah menerbitkan empat kartu perlindungan sosial. Yaitu Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Keluarga Sejahtera, dan Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengaku belajar dari Australia dan Arab untuk melindungi potensi laut Indonesia. Cara kedua negara itu memproteksi laut dipakai Indonesia sebagai dasar menyusun Memorandum of Understanding terkait kelautan dengan China, Thailand, Vietnam, Malaysia, Australia, dan Filipina.
Nelayan negara tetangga tersebut tidak boleh sembarangan masuk dan mengambil hasil laut Indonesia.
“Draft sedang kita buat dan ada timnya. Minggu ini selesai kita adopsi dari Australia, Arab bagaimana mereka protect teritori dalam hal sea fishing industry. Kita sudah setuju sekarang,” ucap Susi beberapa waktu lalu.
PT Pertamina tengah giat mengakuisisi blok minyak dan gas bumi di luar negeri. Ini menjadi salah satu cara menjaga ketahanan energi.
Dengan mengakuisisi, Pertamina memilik kemampuan menyediakan bahan bakar minyak secara mandiri.
Langkah ini telah dijalankan oleh Petronas. Malaysia masih mengonsumsi BBM dari luar negeri, tetapi impor tersebut didatangkan dari blok migas diakuisisi Petronas.
Kementerian Perhubungan menerapkan sistem baru dalam mengurai kemacetan di bandara. Mekanisme ini disebut Air Trafic Flow Management (ATFM),penerapannya meniru Bandara Heathrow di London, Inggris.
Sama seperti Soekarno Hatta, Heathrow memiliki jam penerbangan padat. Namun, Heathrow bisa melayani frekuensi penerbangan sebanyak 100 kali dalam satu jam.
sumber : merdeka.com