TOTABUAN.CO — Pemerintah harus tetap melakukan kegiatan promosi pariwisata ke negara-negara di kawasan Eropa, mengingat masyarakat asal sejumlah negara itu sangat potensial dan diketahui loyal membelanjakan dollarnya.
“Permintaan promosi ke Eropa karena masyarakat negeri itu potensial melakukan perjalanan wisata ke luar negeri, dan Bali yang kaya akan seni budaya sangat cocok bagi mereka,” kata Pengamat Pariwisata, Dewa Rai Budiasa di Denpasar Selasa (25/11/2014).
Sejumlah turis dari negara kawasan Eropa rata-rata mengalami peningkatan tujuh persen ke Bali dan kondisi itu tetap perlu diimbangan dengan promosi yang lebih gencar sehingga keingintahuan calon turis di sana merealisasikan datang ke Pulau Dewata.
“Kalau Bali kurang mampu berpromosi ke Eropa, pemerintah pusat perlu lebih intensif melakukan usaha kearah itu untuk bisa menarik lebih banyak masyarakat internasional termasuk turis Eropa datang berlibur ke negeri ini,” ujar Dewa Rai.
Apalagi perusahaan penerbangan Garuda Indonesia dan penerbangan internasional negara lainnya semakin gencar melakukan penerbangan mengambil lintasan dari Eropa ke Indonesia dan sebaliknya, maka wajar kalau turis Eropa semakin banyak ke Indonesia.
Ada sejumlah Negara Eropa yang termasuk sepuluh besar pemasok turis asing ke Bali seperti Perancis yang ada di peringkat tujuh besar, dengan jumlah kunjungan 113.966 orang selama Januari-Oktober 2014 naik dari sebelumnya hanya 106.063 orang.
Turis berkebangsaan Inggris ada di urutan kedelapan dengan 107.736 orang sepuluh bulan I-2014 bertambah 7,08 persen dari periode yang sama 2013 hanya 100.617 orang. Pelancong Jerman bertambah 10 persen dari 82.199 orang menjadi 90.534 orang Januari-Oktober 2014.
Bertambah banyak wisatawan asal negara di kawasan itu maka secara keseluruhan turis Eropa ke Bali tercatat sebanyak 634.752 orang selama Januari-Oktober 2014, yang peranannya mencapai 20.33 persen dari seluruh turis asing ke Bali periode ini 3,1 juta orang.
Dewa Rai Budiasa menilai, perilaku wisatawan asing yang datang ke Bali mulai berubah, terutama dalam memilih lokasi penginapan yakni sekitar tahun 1980-an mereka yang berlibur ke sini umumnya menyenangi penginapan di pantai baik itu di Kuta, Sanur maupun Nusa Dua, Kabupaten Badung.
Saat ini, mereka sudah beralih ke bangunan vila yang muncul menjamur di daerah persawahan di daerah ini sehingga tidak mengherankan kalau penginapan elite muncul di daerah pertanian, kawasan tebing sungai di kawasan wisata Ubud dan Payangan Kabupaten Gianyar.
Menurut Budiasa, wisatawan luar negeri yang datang berlibur ke Pulau Dewata, umumnya menginginkan ketenangan batin, mengingat di negerinya sudah sibuk dari berbagai aktivitas yang sangat melelahkan.
Turis asing yang mencari ketenangan di Bali bisa disaksikan, mereka sekarang lebih senang menginap di hotel atau vila yang ada di pinggir sungai (jurang) atau di lereng tebing yang kebanyakan ada di pedesaan.
sumber : kompas.com