TOTABUAN.CO — Hati Ed dan Paula Kassig hancur saat mendengar kabar putra mereka, Peter Kassig alias Abdul-Rahman Kassig — nama yang ia pilih setelah masuk Islam — tewas dengan cara mengenaskan. Pemuda 26 tahun itu menjadi korban eksekusi sadis militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Meski demikian, pasangan sepuh itu mengatakan, mereka akan belajar memaafkan para pelaku keji.
“Perasaan kami babak belur, namun waktu akan mengobatinya. Dunia kami hancur, namun kami akan pulih,” kata Ed dan Paula Kassig seperti dikutip dari BBC, Selasa (18/11/2014).
“Putra kami tercinta …tak ada lagi di dunia ini,” kata Ed Kassig. “Hati kami sakit, meski sangat berat, kami merasa terangkat oleh cinta dan dukungan yang melimpah dalam hidup kami, terutama dalam beberapa hari terakhir.”
Ibu dan ayah yang berduka tersebut meminta doa bagi arwah putranya, juga bagi mereka yang direnggut paksa dari keluarganya, disandera di Irak, Suriah, atau di manapun di seluruh dunia.
“Yang terakhir, beri kami kesempatan untuk berduka, menangis, dan ya, untuk memaafkan dan memulihkan diri.”
Sementara, Kenan Rahmani, sesama relawan menyebut, Peter Kassig bisa dianggap sebagai martir atau syuhada.
“Ia adalah orang Amerika yang ingin berbuat baik, yang akhirnya memutuskan masuk Islam. Meski demikian, ISIS tetap membunuhnya… Itu yang membuat orang memprotes ISIS lebih keras,” kata dia seperti dimuat Fox 59.
Pastor sekaligus sahabat keluarga korban, Pat Engel mengatakan, penangkapan dan eksekusi sadis terhadap Kassig telah menyatukan pemeluk Kristen dan Muslim di Indiana.
“Aku berkata pada ibunya, “Abdul (Peter Kassig) pergi ke Suriah untuk mewujudkan hal baik di sana. Dan sekaligus memicu hal baik di sini.” Mewujudkan kerukunan antar-agama.
Video yang dirilis ISIS Minggu 16 November 2014 menunjukkan seorang pria bertopeng berdiri di atas kepala terpenggal — yang dikonfirmasi Gedung Putih sebagai kepala Peter Kassig.
Petugas kemanusiaan asal Amerika Seikat itu ditangkap ISIS pada Oktober 2013 saat bepergian ke Deir Ezzour, di timur Suriah.
Kassig adalah sandera Barat kelima yang dihabisi ISIS. Pejabat intelijen Barat sedang mencari identitas militan yang terlihat dalam video pemenggalan. Jaksa Prancis menyebut salah satu militan sebagai Maxime Hauchard (22) dan seorang lelaki lain yang diduga orang Prancis. Sementara militan ketiga dilaporkan berkewarganegaraan Inggris.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry mengatakan, para pemimpin ISIS mengira dunia terlalu terintimidasi untuk melawan mereka. “Namun, mari kita perjelas. Kita tidak terintimidasi,” tegas dia.
Sementara, Perdana Menteri Inggris, David Cameron mengaku ‘muak’ saat mendengar berita pembunuhan. “IS (ISIS) akan dikalahkan. Teroris sakit dan barbar itu akan menghadapi keadilan,” kata dia.
Video ISIS terbaru juga mempertontonkan adegan keji, pemenggalan 18 tahanan Suriah, yang teridentifikasi sebagian sebagai tentara maupun pilot.
Mereka dikabarkan ditangkap di pangkalan udara Tabqa Agustus 2014 lalu. Dan tak seperti video-video sebelumnya, ISIS kali ini tak menutup wajah para militan dan menyebut lokasi eksekusi secara spesifik: Dabiq di Provinsi Aleppo Suriah.
sumber : liputan6.com