TOTABUAN.CO — Bank Syariah Bukopin (BSB) akan memperluas kerjasama dengan pondok pesantren di Jawa Timur untuk meningkatkan pembiyaan kepada koperasi pondok pesantren (Koponten) melalui berbagai unit usahanya.
Hal ini diharapkan bisa mendukung Jawa Timur sebagai proyek percontohan pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.
Pemimpin Cabang BSB Surabaya Trisna Surjatri mengakui optimalisasi pengembangan pasar di lingkungan pondok pesantren selama ini memang masih kurang.
Namun, dalam strateginya kedepan, optimalisasi itu akan terus ditingkatkan seiring adanya dukungan dari banyak pihak melalui berbagai program yang akan digulirkan, termasuk oleh pemerintah Jawa Timur pasca dicanangkannya Jawa Timur sebagai basis ekonomi syariah.
Dengan demikian, potensi pengembanganya tentu saja juga akan jauh lebih besar, salah satunya adalah mengembangkan kerjasamanya dengan pondok pesantren (Koponten) dengan menyalurkan pembiayaan kepada unit usaha mini market yang umumnya dimiliki Koponten.
“Oleh karena itu kita akan terus jajaki kerjasama dengan Koponten ini. Karena tempat pondok pesantren juga banyak yang jauh, maka tahap awal kita cari dulu yang radiusnya tidak terlalu jauh dari kantor cabang sehingga layanannya nanti bisa lebih maksimal,” kata Trisna di sela Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2014, Jumat (7/11).
Dia mengatakan saat ini BSB Surabaya baru melayani jasa keuangan ke Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Selama 5 tahun terakhir akumulasi pembiayaan ke BMT sudah mencapai sekitar Rp 30 miliar.
“Jumlah Rp 30 miliar ini masih belum terlalu besar karena program sudah berjalan sejak lima tahun silam. Karena itu kita akan tingkatkan jumlahnya dan kita kembangkan lagi,” ucap Trisna.
Selain itu BSB juga terus berupaya meningkatkan kualitas layanan kepada para nasabah melalui produk-produk syariah yang telah diluncurkan dan sekaligus juga memperluas jaringan kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya adalah kerjasama dengan Rumah Sakit Mata Undaan, Surabaya, untuk pemanfaatan jasa manajemen perbankan dan jasa “pick up service” dalam pelayanan kepada masyarakat.
Kerjasama ini, kata Trisna, bertujuan meningkatkan kerjasama kedua belah pihak secara berkesinambungan dalam penggunaan produk dan jasa layanan perbankan yang dimiliki BSB.
Menurut ia, pihaknya dan kerja sama dengan berbagai pihak.
Saat ini, menurut Trisna, BSB Cabang Surabaya memiliki lebih kurang 20.000 nasabah, sementara BSB Cabang Sidoarjo sekitar 15.000 nasabah.
“Selama expo atau pameran keuangan syariah ini, kami juga menawarkan beberapa program menarik untuk manggaet calon nasabah baru, baik untuk pembukaan tabungan baru maupun transaksi pembiayaan,” ujarnya.
Tentang kinerja BSB Surabaya, Trisna menyebutkan hingga Oktober 2014, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun sekitar Rp280 miliar, dengan pencapaian hingga akhir tahun ditargetkan Rp300 miliar. Sementara DPK tahun 2013 tercatat sekitar Rp200 miliar. Sektor retail masih menjadi fokus pembiayaan BSB Surabaya. Sekitar 70 persen pembiayaan untuk pasar retail dan sisanya 30 persen nonretail.
Diakuinya, Financing to Depotsit Ratio (FDR) terlalu tinggi hingga mencapai diatas 100 persen, lebih tinggi dibanding DPK yang mencapai Rp280 miliar.
“Idealnya FDR memang antara 95-98 persen, dan itu biasa terjadi di cabang atau daerah-daerah. Upaya kita tentu menaikkan DPK agar ada keseimbangan antara penerimaan dan penyaluran,” pungkas Trisna.
sumber : beritasatu.com