TOTABUAN.CO — Demi meminta hujan turun setelah kemarau berkepanjangan melanda, warga rela berkorban hingga mengucurkan darah. Pengorbanan darah dilakukan warga di persawahan Dusun Sidodadi, Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, kemarin (6/11). Mereka menggelar tradisi tiban, yakni duel adu cambuk di persawahan. Rencananya, tiban berlangsung hingga 25 hari.
Saeran, 52, panitia, menyatakan, pelaksanaan tradisi itu tidak jauh berbeda dengan tiban di daerah lain di Kabupaten Banyuwangi. Yang membedakan adalah antusiasme masyarakat sekitar Desa Karetan lebih tinggi dan suasananya lebih ramai. ”Sebenarnya, sama dengan tradisi di Kecamatan Bangorejo, tapi di sini lebih ramai,” tuturnya.
Selain itu, kelompok peserta yang ikut lebih bervariasi. Peserta adu cambuk tersebut berusia mulai enam tahun hingga dewasa. ”Ada anak TK (taman kanak-kanak) yang ikut,” ungkapnya.
Sementara itu, Erik, 13, seorang peserta, mengikuti acara adu cambuk itu dengan senang hati. Bahkan, dia datang ke lokasi bersama orang tuanya. ”Sama orang tua dari rumah,” ujar pelajar kelas dua SMP tersebut. Erik menyatakan sudah beberapa kali mengikuti kegiatan seperti itu. Dia pun berlatih sebelum mengikuti adu cambuk tersebut.
sumber : jpnn.com