TOTABUAN.CO — Kinerja lifting minyak Indonesia jelang akhir tahun masih belum menampakan peningkatan. Malah, angka tersebut diakui menurun dalam beberapa hari terakhir. Hal tersebut disebabkan beberapa permasalahan yang mengurangi potensi lifting minyak dalam negeri.
Kepala Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan rata-rata realisasi lifting minyak Indonesia hingga hari ini mencapai 792 ribu barel per hari (bph).
Capaian tersebut baru mencapai 96,8 persen dari target yang ditetapkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 sebesar 818 ribu bph.
“Secara nasional, memang terjadi penurunan lifting minyak di Indonesia. Padahal, bulan lalu sudah Juli sudah mencapai 798 ribu bph. Ditambah lagi, tambahan produksi dari Blok Cepu sudah mencapai 10 ribu bph. Tapi karena beberapa masalah eksternal akhirnya ada produksi yang tidak optimal,” ungkapnya di Jakarta kemarin (31/10).
Salah satunya, Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Lampung milik PT Perusahaan Gas Negara (PGN) yang sempat rusak. Meski menyerap gas, hal tersebut menyebabkan fasilitas penyimpanan migas yang penuh. Alhasil, kinerja produksi migas pun terganggu.
“Jadi bukan karena produksinya terganggu, tapi ada beberapa faktor yang membuat produksi tidak optimal. Misalnya, offtaker-nya yang tidak bisa mengambil produk minyak. Sehingga, kinerja beberapa lapangan migas harus terpengaruh,” imbuhnya.
Namun, dia mengaku masih optimistis bisa mencapai target APBN-P 2014. Menurutnya, kondisi industri Indonesia perlahan sudah mulai normal. Ditambah lagi, tren peningkatan konsumsi BBM memang biasa terjadi pada akhir tahun. Hal tersebut memungkinkan perusahaan menggenjot produksi minyak di lapangan mereka.
“Mudah-mudahan kondisi industri migas segera kembali sesuai rencana awal. Sehingga, pengoperasian sumur-sumur penunjangnya bisa dioptimalkan kembali,” ungkapnya.
Selain itu, dia juga sedang mendiskusikan proyeksi lifting minyak pada 2015 nanti. Semula, pemerintah mengusulkan kepada DPR untuk menetapkan proyek lifting minyak sebesar 845 ribu bph. Namun, usul tersebut ditolak dan dinaikkan menjadi 900 ribu bph.
“Kami sedang dalam diskusi WP&B (Working Program and Budget) dengan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) untuk memetakan potensi tambahan. Saat ini baru mencapai satu bulan atau setengah jalan. Dan potensi tambahan yang ditemukan baru mencapai 34 ribu bph,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, pihaknya bakal bersikap realistis terhadap capaian lifting minyak tahun ini. Hal tersebut dikarenakan sisa waktu tahun ini yang hanya tertinggal dua bulan saja. Sisa waktu tersebut diakui tak cukup untuk mengubah angka produksi minyak.
“Walau kita intervensi dan mencoba mengurai sumbatan, impactnya baru terasa pada 2015. Jadi, saya akan bersikap realistis untuk tahun ini sekaligus mempelajari apa saja yang harus diperbaiki. Itu tentu perlu untuk kinerja lifting minyak tahun depan,” terangnya.
sumber : jpnn.com