TOTABUAN.CO – Para peretas yang diduga asal negara-negara pecahan Uni Soviet telah mencuri dana total US$2,5 miliar atau Rp 30 triliun sejak tahun lalu, sebagian besar lewat kejahatan keuangan yang memakai perangkat seluler, menurut laporan perusahaan analisa keamanan cyber asal Rusia, Group-IV.
Menurut Group-IV, angka ini lebih besar dari perolehan sebesar US$2 miliar oleh berbagai kelompok peretas dari pecahan Uni Soviet pada 2011 dan 2012.
Berita ini muncul tak lama setelah lembaga keamanan cyber lainnya di Dallas, iSIGHT Partners, mengumumkan adanya serangan spionase secara masif melawan para anggota NATO dan negara-negara Barat lainnya yang terlibat dalam krisis di Ukraina, dengan memanfaatkan celah pada sistem operasi Microsoft Windows yang sebelumnya tidak diketahui.
Selain itu, iSIGHT melaporkan sedang melacak kelompok-kelompok peretas yang mumpuni di Rusia.
Tahun lalu, para peretas atau hackers dari Eropa Timur menembus pertahanan perusahaan ritel Target di AS dan mencuri informasi kartu kredit dari 110 juta pelanggan.
Pada Agustus, sebuah organisasi kriminal Rusia diketahui telah mencuri informasi online, termasuk 1,2 miliar nama akun dan kata sandi mereka, dan lebih dari 500 juta alamat email.
sumber: beritasatu.com