TOTABUAN.CO – Dinosaurus pernah jadi penguasa dunia, sebelum ‘kiamat’ terjadi 65 juta tahun lalu, kala meteor raksasa lolos dari atmosfer dan menghantam Bumi lalu memicu kepunahan. Seandainya mereka mampu menemukan teleskop saat itu, makhluk purba tersebut mungkin bisa menyaksikan lava mengalir di permukaan Bulan.
Para ilmuwan awalnya menduga, aktivitas vulkanik di Bulan mati sekitar 1 miliar tahun lalu. Namun data dari Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) milik Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA menunjukkan, lava mengalir di permukaan satelit Bumi mungkin kurang dari 100 juta tahun lalu.
“Temuan ini adalah sejenis pengetahuan, yang secara harfiah, akan membuat para ahli geologi menulis ulang buku mereka yang membahas tentang Bulan,” kata John Keller, ilmuwan pada proyek LRO di Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt, Maryland, Amerika Serikat, seperti dikutip dari situs sains SPACE.com, Kamis (15/10/2014).
Saat mengorbit Bulan pada tahun 1971, astronot Apollo 15 mengambil gambar deposit vulkanik di permukaan satelit bumi, yang disebut Ina. Para peneliti menduga, Ina masih sangat muda dan mungkin terbentuk dalam ledakan lokal dari aktivitas vulkanik, meski kebanyakan vulkanisme Bulan terjadi antara 3,5 miliar hingga 1 miliar tahun lalu.
Namun, kini, foto dari satelit LRO — pengorbit yang tiba di Bulan pada 2009 — menunjukkan Ina tak sendirian. Ia punya banyak ‘teman’. Para ilmuwan menemukan 70 pola yang sama di dataran vulkanik gelap di sisi Bulan yang menghadapi Bumi.
Deposit batuan unik itu disebut juga pola mare yang tak beraturan (irregular mare patches). Mare adalah dataran basalt yang luas dan gelap di Bulan, dibentuk oleh pembekuan dari banjir magma karena proses erupsi vulkanik purba beberapa miliar tahun yang lalu.
Keberadaan mereka ditandai oleh gundukan bulat yang terlihat halus yang bercampur dengan tonjolan kasar, formasi batuan. Ukurannya kurang dari 500 meter. Terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang dari Bumi.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik di Bulan menyebar dalam waktu relatif tak begitu lama — setidaknya dalam istilah geologi. Tiga deposit diperkirakan berusia kurang dari 100 juta tahun. Dan Ina mungkin umurnya kurang dari 50 juta tahun.
Para ilmuwan melakukan studi dengan teknik yang mengaitkan pengukuran kawah Bulan dengan usia sampel debu Bulan yang diambil selama misi Apollo dan misi robotik Luna milik Uni Soviet. Temuan tersebut dijelaskan secara detil dalam jurnal Nature Geoscience edisi 12 Oktober 2014.
Temuan deposit tersebut juga bisa mengubah cara pikir ilmuwan tentang temperatur bagian dalam atau interior Bulan.
“Keberadaan dan usia pola mare yang tak teratur menginformasikan bahwa mantel Bulan pastilah cukup panas, yang memungkinkan magma keluar dalam letusan bervolume kecil yang menciptakan fitur tersebut,” kata Sarah Braden dari Arizona State University yang memimpin studi.
sumber: liputan6.com