TOTABUAN.CO — Maskapai penerbangan Lion Air berancana mengembangkan Bandara Halim Perdanakusuma, bahkan perusahaan milik Rusdi Kirana ini menyiapkan dana Rp 5 triliun untuk mendesain ulang pangkalan militer angkatan udara ini menjadi bandara komersil.
Melalui anak usahanya, PT Angkassa Transportindo Selaran, bakal membagi keuntungan dengan Primer Koperasi Induk TNI Angkatan Udara sebesar 80:20 persen. Sejak 2006, group Lion mengklaim telah memegang konsesi pengelolaan bandara di Jakarta Timur tersebut.
Petinggi Lion Air Edward Sirait menegaskan pihaknya akan membangun bandara moderen di dalam kota, seperti beberapa bandara di Eropa. Bahkan, bandara ini sebagai city bandara Jakarta yang bisa menampung 11 juta penumpang pertahun.
Perseroan bakal membangun taxiway untuk mengoptimalkan kapasitas bandara, agar turun naik pesawat bisa lebih banyak, 17 garbarata atau tempat masuk dan turun penumpang dari dan ke pesawat, membuat monorel agar transportasi ke bandara lancar, membuat under pass, tempat parkir kendaraan di luar area bandara dengan memanfaatkan tanah milik Lion, serta kawasan bisnis dan hotel yang terintegrasi di dalam lahan bandara yang keseluruhannya mencapai 21 hektar.
Dia mengatakan, bandara tersebut nantinya akan bernama Bandara Umum Internasional Halim Perdanakusuma. Terjunnya group Lion dalam pengelolaan bandara karena diperbolehkan oleh undang-undang. “Investasi kami bakal kembali dalam tahun ke tujuh,” ujarnya di Jakarta, Selasa (14/10)
Dia optimistis pembangunan bandara Halim, hanya akan memakan waktu 9 bulan setelah proses administrasi dan syarat lengkap. Pihaknya, sengaja menggandeng PT Adhi Karya, karena punya pengalaman membangun monerel. “Seratus persen dana dari kami, Adhi hanya membangun,” ujarnya.
Direktur Utama Adhi Karya Kiswodarmawan mangatakan, pihaknya akan mendesain bandara Halim anyar dengan desain ala Indoneasia atau bernuansa batik. Pihaknya, akan menggunakan konsep green building, memakai marmer kualitas internasional dan memakai karpet di ruang tunggu. “Kami punya pengalaman membangun Bandara Ngurah Rai dan Balikpapan,’ katanya.
Dirinya menegaskan, pihaknya tidak akan memungkiri jika dalam perjalanannya perseron bisa memiliki saham dalam pengelolaan bandara atau pembangunan monorel sepanjang 13 kilometer dari Dukuh atas ke bandara Halim. “Bisnis itu tidak kaku.”
Sumber: merdeka.com