TOTABUAN.CO — Setiap keluarga memiliki besaran biaya pendidikan yang berbeda. Namun, ada garis merah yang bisa ditarik dari semua biaya pendidikan tersebut.
Acting Head of Retail Banking and Wealth Management HSBC Indonesia, Diza Larentie, menjelaskan, keluarga-keluarga yang berencana menyekolahkan anaknya perlu memberikan perhatian pada jurusan anak, tempat kuliah, biaya kuliah, biaya hidup, dan kondisi keuangan keluarga.
Jika menggunakan jasa manajer keuangan, keluarga-keluarga tersebut bisa menghitung dengan detil dan mendapatkan besaran yang perlu disisihkan setiap bulan. “Kalau kita sama-sama membuat rencana pendidikan, yang pertama harus kita tahu di mana anak ini ingin bersekolah dan berapa biayanya. Kemudian, situasi keuangan Bapak-Ibu bagaimana. Kalau sudah tahu, kita bisa menghitung berapa besaran yang diperlukan. Setiap orang akan berbeda,” ujarnya.
Sementara itu, Head of Market Management Allianz Life Indonesia, Karin Zulkarnaen, mengingatkan bahwa biaya pendidikan pun terus bertambah setiap tahun. Untuk menjamin ketersediaan dana pendidikan, keluarga-keluarga yang ingin menyekolahkan anaknya di masa depan pun bisa memanfaatkan asuransi pendidikan.
“Biaya sekolah tidak pernah turun, inflasi biaya sekolah antara 10 sampai 15 persen per tahun. Kenaikan uang pangkal SD di Jabodetabek antara 2009 sampai 2013, antara 5 persen sampai 50 persen,” ujarnya.
Karin menyontohkan, saat ini saja, untuk menyekolahkan anak di jurusan keuangan salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia, orangtua perlu menyediakan dana sampai Rp 145,4 juta rupiah per tahun. Jumlah ini tentu akan lebih besar dalam 10 hingga 15 tahun mendatang.
Sumber : kompas.com