TOTABUAN.CO — Jumat 13 Oktober 1307 adalah hari yang kelam. Atas perintah Raja Prancis Philip IV (Filipus IV) — dengan dukungan Paus Clement V (Klemens V)– tentara kerajaan menyerbu rumah-rumah para Ksatria Templar. Semua ditawan, disiksa sampai terpaksa mengakui adanya ajaran sesat dalam ordo mereka.
Kejadian itu yang terjadi tanggal 13, tepat di hari Jumat diyakini jadi latar belakang mitos Friday the 13th. Pada akhir Abad Pertengahan, Jumat dan angka 13 dianggap pembawa sial. Dan kombinasi dari keduanya dianggap melipatgandakan ketidakberuntungan.
Kemudian, beberapa bahkan dieksekusi mati dengan cara dibakar. Di jantung kota Paris. Harta benda mereka disita, diserahkan pada kelompok saingan, Ksatria Hospitaller.
Salah satu yang dieksekusi adalah Jacques de Molay. Ia adalah Gran Master atau pemimpin agung Order of the Poor Knights of the Temple of Solomon — Para Perwira Miskin Kristus dan Bait Salomo, yang secara umum dikenal sebagai Ksatria Templar.
Seperti dikutip dari situs News.com.au, konon, ia sempat melontarkan kutukan, saat api yang berkobar membakar tubuhnya yang terikat, 19 Maret 1314.
“S’en vendra en brief temps meschie
Sus celz qui nous dampnent a tort
Diex en vengera nostre mort.”
(Kutukan akan menimpa mereka yang melancarkan fitnah. Tuhan akan membalas kematian kami).
Entah karena kutukan itu manjur atau kebetulan. Paus Clement V meninggal dunia 33 hari kemudian, akibat serangan disentri atau mungkin kanker usus. Sementara Raja Philip IV mangkat 8 bulan kemudian. Akibat kecelakaan saat berburu.
Diduga, sejumlah pengikut Jacques de Molay diam-diam berenang ke lokasi penguburan mereka yang dieksekusi di sebuah pulau di Sungai Seine, untuk mengumpulkan belulang pemimpin mereka dan memperlakukannya sebagai relik suci. Saat itu, kisah Ksatria Templar tak ikut mati. Hingga hari ini.
Sumber : liputan6.com