TOTABUAN.CO — Boneka Barbie sering diibaratkan sebagai figur wanita dengan ukuran tubuh sempurna. Bagaimana tidak, dengan tipikal rambut panjang berwarna pirang, pinggang kecil, dan lekukan tubuh proporsional yang seksi, tak sedikit wanita iri dengan si cantik Barbie.
Fenomena Barbie dengan segala kesempurnaannya tersebut, membuat sejumlah orang mendambakan memiliki bentuk tubuh yang sama. Tak sedikit dari mereka yang nekat untuk merekonstruksi tubuh lewat bedah kosmetik tinggi risiko. Tujuannya hanya satu, ingin dianggap sebagai “reinkarnasi” Barbie!
Menurut psikolog anak Ajeng Raviando, P.si, orang-orang yang rela merombak tubuhnya agar menyerupai boneka Barbie memiliki konsep diri yang minim.
Mengingat boneka ini banyak dimiliki oleh anak perempuan di dunia. Lalu, bagaimana agar anak perempuan Anda yang gemar bermain Barbie tak terobsesi memiliki paras cantik dan tubuh elok seperti sang boneka?
“Kalau kita tidak ingin anak kita menjadi ingin seperti Barbie, kita harus lihat perspektifnya. Katakan kepada anak, bagaimanapun juga Barbie hanya boneka, walaupun bukan boneka biasa,” ujar Ajeng di pada acara Barbie’s Day Out yang berlokasi di Lobby Utama Mall Kelapa Gading 3, Jakarta Utara, Kamis (9/10/2014).
Ajeng menyebut, orang tua harus dapat memberikan pandangan atau persepsi anak tentang boneka Barbie, sebagai mainan yang tidak nyata. Lebih lanjut, arahkan imajinasi anak lewat permainan kreatif yang melibatkan boneka Barbie.
Selain itu, anak juga harus diarahkan agar bermain boneka Barbie dengan imajinasinya, bukan melihat citra tubuh yang ditampilkan sosok Barbie “Kita lihat persepsi anak. Anak main Barbie dengan imajinasi, bukan melihat body image-nya,” ucap Ajeng.
sumber : kompas.com