TOTABUAN.CO — Berbagai tradisi menarik bisa kita temukan di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Salah satunya adalah ritual Barodak Rapancar. Ritual ini merupakan salah satu prosesi perkawinan adat masyarakat Sumbawa.
Barodak Rapancar adalah tradisi luluran dan mewarnai tangan. Kedua kata tersebut berasal Dari bahasa asli Sumbawa. Kata Barodak diambil Dari kata ‘Odak’ yang berarti Lulur sedangkan Rapancar berasal dari kata Pancar yang berarti memerahkah kuku tangan dengan daun pacar.
Ritual Barodak/ Rapancar ini biasanya dilakukan setelah didahului berbagai prosesi perkawinan lainnya seperti Bajajak (menjajaki), Bakatoan (Melamar), Basaputis (Menetapkan hari baik), Bada (pemberitahuan), dan Nyorong (Antaran) . Kemudian setelah Barodak Rapancar, dilanjutkan dengan acara Nikah (menikah), Rame Mesa (Meramaikan ditempat acara) dan Tokal Basai (resepsi).
Rangkaian tahapan ini, hampir utuh dijalani oleh masyarakat Kabupaten Sumbawa sejak berpuluh tahun lamanya. Di dalamnya juga termasuk ritual Maning Pengantan yang dilakukan oleh ‘Ina Odak’ (Juru Lulur) untuk mengawali seluruh prosesi barodak.
Kegiatan ritual barodak ini, bagi masyarakat Sumbawa memiliki makna filosofis tersendiri. Misalnya, setiap perlengkapan odak, yaitu bedak tradisional Sumbawa yang terbuat dari buah Binang atau belimbing wuluh, Daun sirih, Beras yang digiling dan diramu menjadi satu. Kesemuanya itu menurut warga Sumbawa melambang keihlasan kesatuan hati dan tekad.
Pada proses Barodak Rapancar ini, Ina odak terlebih dahulu menyalakan lilin sambil memanjatkan doa kepada Tuhan yang maha esa. Ina odak lalu menyuruh calon mempelai wanita untuk memasukan cincin khusu dari Ina Odak ke mulutnya menggunakan sendok makan yang telah ditaburi gula pasir.
Kemudian, ina odak meluluri calon mempelai wanita, dimulai dari wajah hingga leher, kemudian dilanjutkan ke kedua lengan calon mempelai. Begitu pula terhadap calon mempelai pria. Selanjutnya, ina odak akan menempelkan gilingan daun pacar ke jari kedua calon mempelai.
Setelah selesai, para tamu yang semuanya kaum ibu melanjutkan apa yang dilakukan oleh in Odak terhadap kedua calon mempelai. Satu per satu para ibu dan tamu melulur kedua calon mempelai. Ritual ini berakhir setelah ina odak memastikan odak atau bedak yang dilulur ke wajah dan lengan calon kedua mempelai sudah cukup.
“Karena ini memang tradisi leleuhur masyrakat sumbawa, yang sudah mendarah daging, dan turun temurun, tanpa melakukan ritual ini rangkaian prosesi pernikahan akan timpang atau kekurangan,” Ujar Muhammad Kaniti, mempelai pria kepada Liputan6.com.
Selama proses ini berlangsung, musik tradisional Sumbawa yang terdiri dari Ratib dan Gong Genang ikut mengiringi jalannya ritual Barodak Rapancar ini. Ritual ini diyakini dapat memutihkan kedua calon pengantin dari sifat iri dan dengki.
Sedangkan Rapancar menyimbulkan makna yang dalam, bahwa tiap pasangan pengantin hendaklah memiliki semangat berkorban dengan jiwa dan raga demi kehidupan yang mulia.
Ritual ini dilakukan agar kedua calon mempelai mampu mengarungi bahtera hidup membina rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah dengan berlandaskan pada keihlasan
simber : liputan6.com