BANDUNG (totabuan.co) — Banjir yang terjadi di Kabupaten Bandung menggenangi Kecamatan Dayeuh Kolot, Bale Endah, dan Bojongsoang. Warga korban banjir dari ketiga kecamatan tersebut total berjumlah 56 ribu orang, namun hanya enam ribu di antaranya yang mengungsi.
Banjir yang terjadi akibat intensitas hujan yang cukup tinggi ini berasal dari luapan Sungai Citarum. Rumah warga yang terendam akibat banjir ini ketinggiannya bervariasi, antara 2 hingga 3 meter.
Warga mengatakan, banjir kali ini termasuk yang paling parah jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, akses jalan raya yang menghubungkan antara Kabupaten Bandung dengan Kota Bandung pun ikut terendam hingga sepinggang orang dewasa.
“Baru kali ini (banjir) yang paling besar. Kalau di RW 14 (ketinggian air) sekitar 2,5 meter. Ya (semua aktivitas) lumpuh total,” ujar Ade, warga setempat.
Warga lainnya, Heri menambahkan, “Masih banjir, ada 2 meter. Sering banjir, Cuma sekarang yang paling besar.”
Sementara itu, banjir juga menggenangi Kantor Polisi Polsek Dayeuh Kolot. Senada dengan warga, Kepala Polsek Dayeuh Kolot, Komisaris Polisi Edi Suwandi mengatakan, banjir kali ini merupakan yang terparah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Pihak kepolisian Dayeuh Kolot tidak jarang terpaksa memindahkan para tahanan ke kantor polisi lain yang aman dari banjir. Meski demikian, saat ini Polsek Dayeuh Kolot menjadi salah satu tempat pengungsian yang ditempati oleh sekitar 50 kepala keluarga korban banjir. Mereka menginap di lantai atas kantor polisi tersebut.
“Begitu hujan deras, dan dari beberapa sungai meluap. Ini yang kedua terparah, karena tahun 2010 juga lebih dari ini. Ini (banjir) yang kedua lebih parah lagi, hingga dulu pernah para tahanan dievakuasi ke (Polsek) Bojongsoang, tapi kalau sekarang masih bisa diarahkan di sini (tidak diungsikan),” ujar Kapolsek Dayeuh Kolot, Kompol. Edi Suwandi.
Hingga kini, ribuan warga masih mengungsi di beberapa lokasi yang aman dari banjir, di antaranya di masjid, puskesmas, sekolah, kantor kecamatan, hingga gedung aula. Mereka rata-rata meninggalkan rumah tanpa sempat membawa perbekalan yang cukup.
“Kebanyakan kalau pengungsi itu kebetulan kalau yang bawa uang ya mendingan. Tapi kalau yang tidak bawa uang itu mungkin menahan lapar,” tambah Ade.
Saat ini pihak Kementerian Sosial telah menyediakan berbagai bantuan, termasuk membangun dapur umum yang setiap harinya menyediakan 4000 nasi bungkus untuk para korban banjir. (voaindonesia.com)