TOTABUAN.CO — Surabaya, Kemendikbud berupaya mengatasi satu per satu masalah yang terjadi menjelang penerapan kurikulum 2013 di seluruh sekolah. Salah satunya, problem ketidakpahaman guru mengenai kurikulum baru ini. Karena itu, Kemendikbud membuka klinik guru (teaching clinic) di seluruh kabupaten/kota.
Pemerintah juga menyelenggarakan konsultasi online. Guru bisa berkonsultasi dan sharing soal kendala selama mengajar.
Mendikbud M. Nuh menuturkan, untuk bisa mengajarkan materi dengan baik kepada siswa, guru harus memahami K-13 (kurikulum 2013). ’’Kalau guru tidak menguasai, cara mengajarnya bagaimana?’’ katanya saat mengadakan konferensi pers di Hotel Mercure, Surabaya, Kamis (31/7).
Karena itu, Kemendikbud memberikan pelatihan terhadap guru. Salah satu materi yang diajarkan mengenai metodologi pembelajaran. Mantan rektor ITS tersebut menyebutkan bahwa ada 1,3 juta guru yang dilatih. Mulai jenjang SD hingga SMA/SMK. Mereka dilatih serentak pada kurun waktu yang sama. Materi yang diajarkan sudah terstandardisasi.
’’Karena itu, saya paham, di antara 1,3 juta guru yang dilatih, ada yang belum ngeh. Pelatihan seperti ini, yang diikuti 1,3 juta guru, baru kali pertama dilakukan,’’ ungkapnya.
Nuh memaparkan, nilai rata-rata nasional guru yang mengikuti pelatihan adalah 71. Nilai terendah yang diperoleh guru adalah 40, sedangkan nilai tertinggi mencapai 93. Dilihat dari kurva atau grafik oleh Kemendikbud, tidak sampai 10 persen guru di seluruh Indonesia yang meraih nilai terendah. ’’Tapi, karena ada 1,3 juta guru yang ikut pelatihan, jumlahnya kelihatan banyak,’’ tutur dia. Jumlahnya mencapai sekitar 100 ribu orang.
Namun, menurut Nuh, bukan itu intinya. ’’Ada yang paham betul, setengah paham, ada yang tidak dong. Tapi, apakah dengan sedikit yang tidak bagus itu, kemudian yang bagus tidak boleh mulai menerapkan kurikulum baru ini? Demikian pula bagi yang tidak dong apa tidak boleh diberi kesempatan?’’ ujarnya.
Bagi guru yang nilainya masih berada di bawah rata-rata, Kemendikbud sudah menyiapkan skema pendampingan. Yakni, membuka klinik guru. Semacam klinik pembelajaran. Klinik itu akan dibuka di setiap kabupaten/kota. Yang mengelola klinik adalah lembaga pendidik dan tenaga kependidikan (LPTK). Guru yang sulit mengajar atau menilai bisa berkonsultasi.
Kemendikbud juga membuka online teaching. Sistem tersebut terpusat di Kemendikbud. Guru bisa sharing dan berkeluh kesah secara online. Tim pengelola website itu akan memberikan masukan dan solusi. Dengan berbagai upaya tersebut, pemahaman guru terhadap kurikulum 2013 diharapkan meningkat. Jadi, saat ada pelatihan ulang, nilai mereka meningkat. Mereka yang nilainya masih berada di bawah standar diharapkan bisa tembus 60.
’’Grade-nya paling nggak 60. Nilai 60 itu kan paling standar,’’ tegasnya. Menurut rencana, Kemendikbud menyelenggarakan pelatihan berkelanjutan. Pemerintah juga akan membentuk grup-grup guru. Dengan begitu, mereka bisa sharing bersama. Kurva pemahaman guru pun diharapkan dapat menanjak.
Sebagaimana diketahui, Papua adalah provinsi dengan nilai rata-rata terendah. Bali menjadi provinsi dengan nilai rata-rata tertinggi. Nilai rata-rata Jatim mencapai 70,79. Cukup baik, tetapi masih berada di bawah rata-rata nasional.
Nuh menjelaskan, salah satu perombakan mendasar dalam K-13 adalah metodologi pembelajaran. Kemendikbud berusaha merombak proses pembelajaran di sekolah. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah observasi. Pendekatan itu akan memunculkan berbagai pengalaman siswa. Mereka diminta dapat mengomunikasikan pembelajaran.
Dia mencontohkan, siswa kelas I SD diberi tugas bercerita tentang dirinya di depan kelas. Seluruh siswa mendapat giliran untuk maju di depan kelas. Bukan hanya siswa yang mau atau berani tampil di depan kelas sebagaimana yang selama ini terjadi.
Jadi, setiap anak berpengalaman menyampaikan pendapatnya atau menceritakan dirinya. Guru bertugas menilai secara komprehensif. ’’Memang tidak mudah merombak sistem pembelajaran yang sudah bertahun-tahun diterapkan. Tapi, bukan berarti tidak bisa,’’ ucapnya.
Sementara itu, tidak semua guru di Surabaya tidak paham dengan kurikulum baru tersebut. Sebagian besar bahkan menerapkan metodologi pembelajaran kurikulum itu sejak tahun lalu.
Salah satunya, Sudarmadi, guru SDN Morokrembangan 1. Dia menyatakan bahwa ketidak-pahaman guru terhadap isi kurikulum tersebut disebabkan belum terbiasa. Namun, setelah satu per satu materi pelatihan yang didapat diterapkan, hasilnya akan kentara.
Sumber: jpnn.com