TOTABUAN.CO JAKARTA — Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan membawa efek positif pada pertumbuhan ekonomi pada 2015.
Bank Indonesia (BI) memproyeksi, setiap kenaikan harga BBM bersubsidi Rp 3 ribu per liter, maka terdapat tambahan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 15 basis poin (bps) atau 0,15 percentage point (ppt).
Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter Juda Agung mengatakan, kondisi pertumbuhan ekonomi yang positif tersebut bisa diraih apabila terjadi pengalihan subsidi.
“Asumsinya ada pengalihan 50 persen subsidi dari anggaran BBM ke infrastruktur. Maka itu akan mendorong investasi dan menambah perbaikan pada PDB,” ungkapnya usai Seminar Internasional HUT ke-9 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dengan tema Befriending with the Boom-Bust Cycle, di Ritz Carlton, Pacific Place, kemarin (23/9).
Ada beberapa skenario yang telah dihitung BI terhadap efek kenaikan BBM subsidi. Juda memerinci, apabila terjadi peningkatan Rp 3 ribu per liter, maka inflasi diprediksi mendapat tambahan 3,16 ppt.
Akan tetapi, volume BBM subsidi bisa ditekan hingga 45 juta kiloliter (kl), sementara PDB terkerek cukup signifikan mencapai 0,15 ppt. Sebaliknya, dengan kenaikan yang lebih rendah yakni Rp 2 ribu per liter, maka tambahan inflasi hanya 2,11 ppt.
Namun posisi volume BBM subsidi masih cukup besar mencapai 46,1 juta kl, dengan tambahan PDB yang tipis sebanyak 0,06 ppt.
“Kondisi itu untuk 2015. Kalau kenaikannya dilakukan pada tahun ini, maka belum ada impact karena tinggal dua bulan saja. Pertumbuhan itu akan terjadi apabila (subsidi) direalokasikan dulu,” ujarnya.
Sementara itu, otoritas moneter memproyeksi, pada akhir 2014, akselerasi output perekonomian Indonesia berada pada kisaran 5,1-5,5 persen, dengan kecenderungan di batas bawah. Sedangkan pada 2015, Indonesia diprediksi mampu tumbuh di rentang 5,4-5,8 persen.
Sumber pertumbuhan terbesar masih didorong oleh konsumsi dengan forecast pertumbuhan sebesar 5,2-5,6 persen. Sementara investasi dan ekspor diprediksi maksimal tumbuh masing-masing 6,1 persen dan 5,0 persen.
Di tempat yang sama, wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, setidaknya ada empat langkah yang perlu dilakukan Indonesia untuk survive di tengah lesunya perekonomian global. Langkah pertama adalah mengelola inflasi serendah mungkin.
“Inflasi kurang dari 5 persen itu OK, tapi Thailand dan Filiphina bisa hanya 2-3 persen. Inflasi yang rendah itu akan memastikan tingkat pertumbugan ekonomi stabil. Karena itu based inflasi kita berupaya 2-3 persen,” ujarnya.
Langkah kedua adalah mereduksi defisit ganda, yakni defisit APBN maupun defisit current account atau transaksi berjalan. Targetnya, posisi defisit transaksi berjalan mencapai 2-2,25 persen. Saat ini posisinya masih pada kisara 3 persen. Sementara itu, defisit APBN pada 2015 ditargetkan 2,21 persen.
Berikutnya, Bambang menuturkan, mengurangi subsidi BBM dan meningkatkan hedging atau lindung nilai adalah langkah ketiga dan keempat.
“Tidak ada jalan lain untuk mengurangi problem defisit dengan memangkas subsidi dan menaikkan harga BBM. Hal itu akan mengurangi dua defisit sekaligus,” terangnya
Sumber: jpnn.com