TOTABUAN.CO – “Lagi-lagi Jokowi membohongi masyarakat Indonesia dengan istilah drone untuk pertanian,” ungkap Direktur Indonesia Maritime Institute (IMI), Yulian Paonganan, seperti diberitakan beberapa media.
Pernyataan Yulian tersebut merupakan respons atas gagasan Joko Widodo alias Jokowi yang akan melakukan pemetaan pertanian dengan menggunakan drone atau pesawat tanpa awak. Yulian juga mempertanyakan fungsi drone yang diklaim Jokowi berharga hanya sekitar Rp 25 juta itu, apakah untuk mengusir burung pemakan padi atau untuk pengawasan pertanian.
Menurut dia, dengan drone seharga itu, kemungkinan itu adalah drone hexacopter, yang tidak akan mampu mengeliling 10 hingga 15 wilayah sekaligus. “Paling kalau terbang hanya menjangkau 10 meter saja. Hexacopter itu tidak bisa terbang tinggi karena mudah terbawa angin dan tidak bisa terlalu jauh dari remote control,” tuturnya.
Terkait hal tersebut, Yulian pun meminta Jokowi dan partai pengusungnya untuk berhenti membodohi rakyat. Karena, drone yang digunakan untuk penginderaan jauh dan mendeteksi cuaca itu membutuhkan teknologi tinggi. Diperlukan perangkat dan sistem yang akurat, seperti GPS, GPS tracking, telematri, sistem kontrol yang sensitif, dan pesawat terbang yang andal.
“Drone semacam itu butuh GPS, satelit, sensor, foto udara. Pengambilan foto juga harus akurat dan ketinggiannya serta karakteristik kamera harus baik,” katanya.
Sebelumnya, Jokowi mengatakan sedang mengkaji pengadaan drone atau pesawat tanpa awak untuk mengembangkan pertanian di desa-desa. Menurut Jokowi, program drone itu berguna untuk masyarakat desa, misalnya untuk memprediksi gagal panen dan menentukan batas lahan pertanian lewat pemetaan udara jika ada sengketa. “Itu kan murah. Drone untuk pertanian itu murah. Paling harganya mungkin kira-kira Rp 25 juta,” ujar Jokowi di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (10/9). Tapi, Jokowi tidak menyebutkan secara spesifik drone seperti apa yang akan dibeli nanti karena itu masih wacana.
“Itu bisa untuk 10 wilayah dan 15 wilayah. Saya belum tahu, saya sebatas ngomong saja. Masih dalam proses kalkulasi. Yang penting ini konkret,” ujarnya.
Sumber: realitasnews.com