TOTABUAN.CO gaza– Ratusan anak di Gaza, Palestina, mulai kembali masuk sekolah pada hari Minggu (14/9/2014). Mereka kembali bersekolah setelah tertunda selama tiga minggu akibat konflik di Gaza antara pasukan Israel dan Hamas yang mengakibatkan lebih dari 2.140 orang meninggal.
Dari jumlah korban tersebut, 70 persennya adalah warga sipil Palestina. Di hari pertama sekolah, anak-anak tersebut diajak untuk bercerita tentang pengalaman mereka sebelum kembali ke sekolah.
Salah satunya adalah Azhar (9). Anak perempuan dari Tamer Jundiyeh ini membuat puisi untuk mengenang mendiang ayahnya yang meninggal akibat serangan udara tentara Israel di kawasan Sheijaya.
“Ayah, apa lagi yang bisa aku katakan. Mengucapkan betapa aku sayang padamu tidak akan cukup (membuatmu hidup kembali),” tutur Azhar di dalam kelas yang disaksikan oleh teman-temannya.
“Hari ini adalah hari pertama aku sekolah. Jadi walaupun ayah meninggal sebagai martir, tidak apa-apa. Aku senang,” ujar Azhar melanjutkan puisinya.
Akibat konflik tersebut, Azhar bersama lima adiknya kini menjadi anak yatim. Teman Azhar yang juga memiliki pengalaman serupa, Isra, merinding ketakutan saat ia menceritakan tentang serangan tentara Israel yang menewaskan kakek dan bibinya. Ia mengenang peristiwa naas tersebut yang terjadi disaksikan sendiri olehnya.
“Kakekku dan bibi Layla terbunuh. Saya lihat sendiri di rumah kami,” ujar Isra.
Murid lainnya, Doa, telah kehilangan alat-alat untuk dia bersekolah akibat rumahnya yang hancur saat konflik berlangsung. Salah satunya yaitu seragam. Akibatnya, Doa hanya mengenakan pakaian biasa di hari pertamanya bersekolah.
“Kami pergi saat rumah kami akan dibom, saat kami kembali ke rumah, ternyata sudah hancur,” kata Doa.
Dari konflik selama 50 hari itu, terdapat 24 sekolah yang hancur di wilayah Gaza. Kini guru dan kepala sekolah yang mengajar di sana pun berupaya agar anak-anak yang mengalami trauma buruk akibat perang dapat pulih kembali.
“Kami mendengarkan pengalaman mereka saat liburan (musim panas) lalu. Beberapa cerita membuat kita tertawa, beberapa lainnya membuat kita menangis. Kini kita berusaha semaksimal mungkin agar anak-anak bisa bicara sebanyak yang mereka bisa,” tutur Rima Abu Khatla, guru dari Azhar.
Data PBB menyebutkan, konflik antara Israel dengan Palestina yang dimulai sejak 8 Juli ini adalah yang terparah semenjak tahun 2005, di mana tentara Israel menarik seluruh tentaranya. Korban anak-anak yang meninggal dalam konflik ini lebih dari 500 anak.
Kementerian pendidikan di Gaza menuturkan, sebanyak 24 sekolah hancur akibat pemboman oleh Israel, disusul dengan 190 kerusakan lainnya di tempat-tempat kumuh yang memiliki hampir 45 persen dari 1,8 juta populasi warga Gaza di bawah 14 tahun.
Sumber: kompas.com