TOTABUAN.CO – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo menyebut biaya eksplorasi, terutama pengeboran sumur migas sangat mahal. Ini lantaran kegiatan itu lebih banyak menggunakan jasa asing. Dengan kata lain, ketahanan energi nasional sekarang ini banyak tergantung pada perusahaan asing. Dan meminimalkan peran anak negeri. Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Andang Bachtiar mengatakan minimnya permodalan bukan satu-satunya persoalan dialami oleh perusahaan migas lokal untuk mengeksplorasi sumber energi fosil itu. Persoalan krusial lainnya adalah fakta bahwa anak negeri tidak memahami isu perut bumi nusantara.
“Kita baru tahu dari orang asing kalau Jawa Timur itu lempeng semi-tersier. Di Aceh itu apakah masih ada gas, mana kita tahu? Kan 15 tahun tidak ada eksplorasi di sana,” ungkapnya, di Jakarta, kemarin.
Jika ditelusur ketidakpahaman anak negeri adalah buah dari ketidakpedulian pemerintah. Dalam 15 tahun terakhir, Kementerian ESDM sudah tidak lagi membiayai tenaga ahli asli Indonesia untuk melakukan survei lokasi sumur migas. Celah itu kemudian diambil alih oleh pihak asing.
Terbukti, penemuan sumur migas masih bergantung pada data disusun oleh pakar tektonik ternama AS Robert Hall pada 1991 dan 2003. “Ya jadinya pengeboran mahal, karena yang mengarahkan kita harus ngebor di mana kan perusahaan asing itu,” kata Andang
Menurutnya, pengeboran sumur minyak yang dikatakan bisa menghabiskan duit hingga USD 200 juta itu hanyalah proses akhir dari eksplorasi. “Sebelum sampai ke sana, kan ada proses survei seismik, geologi, dan pemetaan struktur, itu yang dilupakan, itu yang tidak pernah kita kerjakan.
Ketidakpedulian menahun pemerintah membuat institusi pendidikan mengabaikan studi seismik dan tektonik. Pemerintah lebih mempercayakan hal itu dilakukan orang asing. “Begitu tersesatnya pendidikan kita, mahasiswa pun sampai tidak ngerti ada kaitan antara survei dengan mencari minyak. Akhirnya mereka mencari terus minyak di tempat lama.”
DEN bakal berusaha mendorong presiden terpilih Joko Widodo mengalokasikan anggaran untuk tenaga ahli lokal mencari sumur minyak. “Paling tidak studi yang baik membuat kita bisa ngebor di tempat yang benar. Kalau maunya instan tidak bisa, karena studi itu hasilnya tidak bisa kelihatan ketika Jokowi selesai pada 2019,” kata Andang. Seperti dikutip merdeka.com
Sumber: merdeka.com