TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU—Politisi kawakan asal Bolmong Raya Benny Rhamdani terus mengutarakan protes ke lima kepala daerah terkait bahas daerah yang tak masuk dalam kurikulum. Kerinduannya soal adat dan budaya Bolaang Mongondow Raya (BMR) yang makin terkikis, karena pemerintah dinilai acuh tak acuh. Bahkan dia meminta Pers harus mengkritik pemerintah di lima daerah, karena terkesan lupa soal tidak adanya program pendidikan bahasa daerah di sekolah.
“Saya yakin generasi akan datang banyak yang sudah tidak tahu bahas daerah. Ini karena pemerintah tak mau memperjuangkan bahasa daerah masuk ke dalam kurikulum. Pers harusnya mengkriktik pemerintah,” kata Benny saat berdiskusi dengan sejumlah wartawan di warung kopi Jarod Sinindian pekan lalu.
Daerah Bolaang Mongondow yang kental dengan adat istiadat kata dia, harusnya perlu dilestarikan dan dijaga. Namun semua berbanding terbalik kata Benny.
“Justru tidak ada yang kita banggakan bagi anak cucu kita. Kenapa saya waktu pada Pemilu legislatif lalu melakukan pembersihan ke patung Bogani, bahkan sampai mencuci kaki patung tersebut. Ini karena sebagai penghormatan saya para leluhur.Tapi yang terjadi saat pemilu, patung yang menjadi simbol bagi warga BMR justru malah dibiarkan,” tambah dia.
Sekarang coba perhatikan. Di Bolmong ini hanya ada patung nenas di Desa Lobong, patung Binarundak di Matali, dan patung Bogani di Kotobangun. Namun, untuk pelestarian adat dan budaya sama sekali tidak ada. Minimal ada wadah yang disiapkan bagi pemerintah daerah, untuk dijadikan pusat budaya yang setiap tahunnya bisa dilakukan iven dengan sendirinya anak cucu kita tahu soal budaya kita, pungkas calon DPD yang tidak lama lagi akan dilantik ini. (Has)
Skrang ini yg slalu di kbrkn hnya yg baik2,smentra kesalahan2 pemerintah malah di tutupi.
Itu karna pers sdh di ‘danai’ oleh humas pemkab/kot!!