TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU—Penjualan ayam daging dan telur di Kotamobagu khususnya di pasar serasi turun drastis. Turunnya minat pembeli, akibat beberapa ayam yang mati mendadak di Kelurahan Kotamobagu, Kecamatan Kotamobagu Barat akibat virus flu burung.
Dade Putong, salah satu penjual ayam daging dan telur di Kelurahan Biga, Kecamatan Kotamobagu Utara, mengatakan, biasanya perhari dia mampu menjual 100 ekor ayam. Namun setelah merebaknya isu flu burung penjualannya turun drastis.
“Saat ini ayam yang laku dijual tinggal 10 sampai 20 ekor perhari,” ujar Dade, Selasa (17/06) kemarin.
Untuk meningkatkan penjualannya dia pun rela menurunkan harga ayam. Dari biasanya Rp 45 ribu perekor, saat ini dijual dari Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu perekor. “Padahal stok ayam saat ini cukup banyak,” tambahnya.
Tak hanya penjualan ayam yang menurun, tetapi juga penjualan telur. Menurut Dade, perhari biasanya dia mampu menjual 80 bak telur atau 2400 butir. Saat ini penjualan telur tinggal tinggal 40 bak atau terpangkas setengah dari hari biasanya.
“Untuk meningkatkan penjualan saya sudah berusaha menurunkan harga perbutir. Dari biasanya, Rp 1300 sekarang tinggal Rp 950,” tandasnya.
Sebelumnya, tim Unit Respon Cepat Penanganan Hewan Menular Startegis (URCPHMS) dari Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Sulut telah memberikan penyuluhan kepada para pedagang ayam di pasar Serasi. Petugas memberikan beberapa tips untuk mencegah penyebaran virus flu burung. Para pedagang diharapakan menjaga kebersihan tempat penjualan. Mereka juga diminta untuk tidak menerima ayam-ayam dari luar daerah yang sebelumnya terdapat kasus flu burung.
URCPHMS juga telah mengambil sampel kotoran lender ayam dan bebek di Sampana, Kelurahan Kotamobagu Barat. Sampel itu dibawa ke Laboratorium di Balai Besar Veteriner Maros untuk diperiksa. (Has)_