TOTABUAN.CO BOLMONG – Kehadiran investor asal Jepang, Y2 Blend LLC dan Shikoku, yang menjajaki peluang investasi di wilayah Bolaang Mongondow Raya (BMR) mendapat sambutan positif dari para kepala daerah, termasuk Bupati Bolaang Mongondow Yusra Alhabsyi.
Menurut Bupati Yusra, minat investor Jepang terhadap komoditas kakao merupakan bukti nyata bahwa produk unggulan daerah memiliki daya saing tinggi di pasar internasional.
“Kehadiran investor dari Jepang ini adalah peluang besar. Kakao Bolmong memiliki kualitas yang sangat baik, dan jika dikelola dengan pendekatan modern serta didukung investasi hilirisasi, maka nilai tambah ekonominya akan jauh lebih besar bagi masyarakat,” ujar Yusra.
Ia menegaskan, pemerintah daerah berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif serta siap memfasilitasi kemitraan yang berorientasi pada keberlanjutan.
“Kami ingin kerja sama ini tidak hanya berfokus pada ekspor bahan mentah, tetapi juga membangun industri pengolahan di daerah. Dengan begitu, manfaatnya akan langsung dirasakan oleh petani dan masyarakat lokal,” tegasnya.
Sektor perkebunan kakao di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) menunjukkan perkembangan positif sepanjang semester II tahun 2024. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Bolmong, total produksi kakao rakyat mencapai 3.879,21 ton biji kering, meningkat dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 3.866 ton.
Luas areal perkebunan juga bertambah dari 5.799 hektare pada 2023 menjadi 5.905,31 hektare pada 2024, atau naik 106,31 hektare. Jumlah rumah tangga petani kakao ikut meningkat dari 6.720 menjadi 6.745.
Produktivitas pun turut membaik, dengan rata-rata hasil panen mencapai 872,71 kilogram per hektare, naik dari 869,74 kilogram per hektare di tahun sebelumnya.
Wilayah dengan areal tanam terbesar tercatat di Kecamatan Lolayan dengan luas 1.552,43 hektare dan produksi 903,51 ton, disusul Dumoga Timur dengan 429,85 ton. Kecamatan lain seperti Passi Timur, Poigar, dan Dumoga Barat juga memberikan kontribusi signifikan terhadap total produksi daerah.
Peningkatan ini tidak lepas dari program pembinaan terhadap petani kakao, termasuk pelatihan budidaya dan pengendalian hama terpadu.
“Kita terus mendorong peningkatan produktivitas petani melalui pendampingan intensif dan rehabilitasi tanaman tua. Kakao tetap menjadi komoditas andalan daerah,” ujarnya.
Dengan perkembangan positif di sektor kakao dan adanya ketertarikan dari investor luar negeri, Bolaang Mongondow kini memasuki fase strategis untuk naik kelas dari sekadar daerah penghasil bahan mentah menjadi pusat industri pengolahan kakao unggulan di kawasan timur Indonesia.
“Ini momentum bagi Bolmong untuk memperkuat hilirisasi kakao dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah berbasis potensi lokal,” tutup Bupati Yusra. (*)