TOTABUAN.CO BOLMONG —Satu lagi prestasi membanggakan datang dari Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong). Bupati Yusra Alhabsyi, S.E., M.Si., tampil sebagai pemateri dalam Seminar Nasional Manajemen (SENIMA) ke-10 dan Call for Papers 2025, yang diselenggarakan oleh kalangan akademisi dan profesional di bidang manajemen.
Kehadiran Bupati Yusra di forum ilmiah tingkat nasional ini menjadi bukti nyata bahwa pemimpin daerah tak hanya dituntut bekerja di ruang birokrasi, tetapi juga berperan dalam mengembangkan pemikiran dan gagasan strategis di level nasional.
Seminar yang mengusung tema “Designing Resilient Organizations in the Post-Digital Era: Strategi Bisnis untuk Mencapai Ketahanan, Keberlanjutan, dan Tata Kelola Kolaboratif” tersebut menjadi wadah penting bagi para pemimpin, akademisi, dan praktisi untuk berbagi pengalaman dalam membangun organisasi yang tangguh di era transformasi digital.
Dalam deretan pembicara, nama Bupati Yusra berdiri sejajar dengan tokoh-tokoh nasional dan akademisi terkemuka, di antaranya Emil Elistianto Dardak, Ph.D. (Wakil Gubernur Jawa Timur), Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, M.B.A. (Guru Besar Universitas Gadjah Mada), Kukuh Ambar Waluyo (Chairman Croplife Indonesia), dan Dr. Ulil Hartono, S.E., M.Si. (Universitas Negeri Surabaya).
Dalam sesi pemaparan, Bupati Yusra mengangkat tema tentang strategi membangun organisasi pemerintahan yang resilien dan kolaboratif. Ia menekankan bahwa kunci dari ketahanan organisasi, terutama dalam konteks pemerintahan daerah, adalah kemampuan beradaptasi dengan perubahan zaman dan teknologi.
“Pemerintah daerah hari ini harus gesit, adaptif, dan terbuka pada inovasi. Kita tidak bisa lagi bekerja dengan pola lama di tengah era digital yang bergerak begitu cepat. Kolaborasi lintas sektor menjadi keniscayaan,” ujar Yusra dalam pemaparannya yang disambut antusias para peserta seminar.
Lebih lanjut, Yusra mencontohkan bagaimana Kabupaten Bolaang Mongondow terus bertransformasi melalui penerapan sistem pemerintahan berbasis elektronik, peningkatan kapasitas SDM ASN, dan penguatan tata kelola pembangunan yang transparan serta partisipatif.
“Ketahanan dan keberlanjutan pemerintahan hanya bisa terwujud ketika semua pihak pemerintah, masyarakat, akademisi, dan dunia usaha berjalan beriringan. Pemerintah harus hadir sebagai penggerak, bukan sekadar pengatur,” tegasnya.
Partisipasi Bupati Yusra dalam seminar berskala nasional ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Bolaang Mongondow. Sebab, melalui forum ilmiah seperti ini, gagasan dan praktik terbaik dari daerah turut menjadi inspirasi bagi banyak pihak di seluruh Indonesia.
Kiprah Yusra sebagai pemateri juga menunjukkan bahwa Bolmong bukan hanya berkembang dari sisi pembangunan fisik, tetapi juga ikut berkontribusi dalam arus pemikiran dan inovasi manajemen publik di level nasional.
SENIMA sendiri menjadi wadah kolaboratif antara akademisi dan praktisi dengan berbagai sub tema, meliputi manajemen sumber daya manusia, pemasaran, keuangan, rantai pasok, kewirausahaan, hingga teknologi keuangan dan ekonomi digital.
Melalui kegiatan ini, diharapkan tercipta sinergi baru antara dunia pendidikan, pemerintahan, dan sektor bisnis dalam memperkuat daya saing bangsa di era pasca-digital.
Kehadiran Bupati Yusra sebagai pembicara di tengah tokoh-tokoh nasional membuktikan bahwa pemimpin daerah juga dapat memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan wawasan strategis dan kepemimpinan modern.
Yusra tidak hanya berbicara tentang teori, tetapi menyampaikan praktik nyata dari lapangan bagaimana memimpin pemerintahan daerah dengan prinsip resiliensi, inovasi, dan kolaborasi.
“Kita ingin Bolmong menjadi contoh daerah yang siap menghadapi masa depan, dengan tata kelola yang kuat, masyarakat yang berdaya, dan ekonomi yang tumbuh melalui digitalisasi serta kolaborasi,” tutup Yusra.(*)