TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU — Subuh belum tiba ketika suasana tenang di Desa Poyowa Besar Dua, Kecamatan Kotamobagu Selatan, mendadak pecah oleh kobaran api. Jumat (26/9) dini hari itu, warga yang masih lelap tidur terbangun panik melihat cahaya merah menyala disertai kepulan asap tebal. Api dengan cepat membakar rumah milik Suardi Lomban.
Bangunan semi permanen tersebut tak kuasa melawan ganasnya si jago merah. Dalam waktu singkat, api melalap hampir seluruh isi rumah. Perabot, dokumen, hingga tumpukan buku tak bersisa, hanya abu yang tertinggal.
Beruntung, tak berselang lama, dua unit mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi. Petugas Damkar bersama warga bahu membahu berusaha memadamkan api. Namun, meski upaya maksimal telah dilakukan, bangunan rumah sudah terlanjur hangus.
Kasatpol PP dan Damkar Kotamobagu, Sahaya Mokoginta, saat dikonfirmasi mengatakan bahwa api diduga berasal dari bagian dapur.
“Menurut pemilik rumah, sumber api pertama kali terlihat dari area dapur,” ujarnya.
Beruntung tidak korban nyawa dalam peristiwa itu, katanya.
Saat terang, warga mulai membantu membersihkan puing -puing di lokasi kebakaran yang masih berserakan.
Namun di balik musibah itu, terselip sebuah kejadian yang membuat warga tertegun. Saat api mereda dan puing-puing diperiksa, ditemukan sebuah Al-Qur’an dalam keadaan utuh. Mushaf suci itu tidak hangus, seakan terlindungi dari panas dan jilatan api. Yang membuat warga semakin heran, buku-buku lain yang tersusun rapi di sekitar lokasi justru berubah menjadi abu.
“Ini benar-benar mukjizat. Semua isi rumah habis terbakar, tapi Al-Qur’an tidak tersentuh api,” ucap seorang warga dengan nada haru.
Peristiwa ini sontak menjadi buah bibir masyarakat sekitar. Bagi banyak orang, hal itu bukan sekadar kebetulan, melainkan tanda kebesaran Allah. Di tengah musibah yang menghanguskan harta benda, masih ada pesan ilahi yang tersisa—bahwa iman dan keyakinan selalu memiliki cara untuk tetap hidup, bahkan di tengah abu dan puing-puing kebakaran.
Bagi keluarga Suardi, Al-Qur’an yang selamat dari amukan api itu kini menjadi simbol penguat hati. Meski rumah mereka telah rata tanah, kitab suci itu memberi harapan baru. Dan bagi warga sekitar, peristiwa ini meninggalkan pesan mendalam: bahwa kuasa Tuhan selalu hadir dengan cara yang tak pernah disangka. (*)