TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU —Kursi Sekretaris Kota (Sekkot) Kotamobagu kini menjadi sorotan publik. Hal ini seiring dengan peluang besar Sofyan Mokoginta untuk dilantik sebagai pejabat di lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Pemprov Sulut) jika hal tersebut resmi terwujud. Tentu posisi Sekkot Kotamobagu atau DB 6 K akan kosong.
Jabatan ini memiliki peran strategis sebagai motor penggerak birokrasi sekaligus penopang administrasi pemerintahan. Tidak berlebihan jika publik menilai, siapapun yang akan menempati kursi ini akan sangat menentukan arah jalannya roda pemerintahan Wali Kota Kotamobagu Weny Gaib dan Wakil Wali Kota Rendy Mangkat.
Sekkot bukan sekadar jabatan struktural, melainkan tokoh sentral dalam birokrasi daerah. Ia berfungsi mengkoordinasikan seluruh organisasi perangkat daerah (OPD), memastikan kebijakan wali kota dapat diterjemahkan ke dalam program teknis, sekaligus menjaga stabilitas internal pemerintahan.
Dengan kata lain, Sekkot harus menjadi sosok yang berpengalaman, komunikatif, visioner, dan mampu menjembatani kepentingan antara pimpinan daerah, aparatur, hingga masyarakat. Karena itu, pemilihan figur pengganti Sofyan Mokoginta tidak bisa dilakukan sekadar formalitas, melainkan melalui pertimbangan matang.
Sesuai aturan, untuk menduduki jabatan Sekkot, calon minimal sudah dua kali memegang jabatan eselon II. Serta berpangkat setidaknya Pembina Tk. I (IV/b), pernah menduduki jabatan struktural Eselon II b sekurang-kurangnya 2 tahun , memiliki pengalaman jabatan terkait minimal 5 tahun, serta rekam jejak dan integritas yang baik.
Hal ini menandakan bahwa pengalaman birokrasi dan kapasitas manajerial menjadi faktor utama. Selain itu, aspek integritas, loyalitas terhadap kepala daerah, serta kemampuan menjalin koordinasi lintas sektor menjadi poin krusial yang tak boleh diabaikan.
Sejumlah figur birokrat Kotamobagu mulai ramai dibicarakan, baik di lingkaran pemerintahan maupun di ruang-ruang diskusi publik. Di warung kopi hingga forum-forum informal, beberapa nama kerap disebut sebagai kandidat potensial.
1. Adnan Masinae – Asisten II

Adnan Masinae memiliki pengalaman panjang di birokrasi Kotamobagu. Kiprahnya sebagai Asisten II yang membidangi perekonomian dan pembangunan membuatnya dianggap memahami arah pembangunan daerah. Dengan latar belakang teknokrat, ia dinilai cukup siap jika dipercaya mengisi jabatan Sekkot.
2. Agung Adati – Asisten III

Agung Adati dikenal sebagai birokrat yang menguasai bidang administrasi umum. Dengan pengalamannya, ia memiliki kemampuan dalam menjaga tertib administrasi dan tata kelola pemerintahan. Figur ini dinilai cocok bila Wali Kota ingin fokus memperkuat sistem birokrasi yang lebih rapi dan tertib.
3. Nasli Paputungan – Asisten I

Sebagai Asisten I, Nasli Paputungan memiliki pengalaman luas dalam urusan pemerintahan dan kemasyarakatan. Kedekatannya dengan struktur pemerintahan paling bawah memberi nilai tambah, karena ia memahami dinamika masyarakat sekaligus hubungan antarwilayah.
4. Rafika Bora – Kepala Badan Kesbangpol

Sebagai pejabat perempuan dengan latar belakang di Kesbangpol, Rafika Bora dinilai memiliki keunggulan dalam membangun komunikasi lintas sektor, termasuk dengan elemen masyarakat dan organisasi kemasyarakatan. Kehadirannya dalam bursa Sekkot dianggap dapat menjadi warna tersendiri.
5. Sahaya Mokoginta – Kasatpol PP

Sahaya Mokoginta dikenal tegas dan disiplin dalam menjalankan tugas. Dengan latar belakang di Satpol PP, ia berpengalaman dalam menjaga ketertiban umum dan penegakan aturan daerah. Namun, tantangan terbesarnya adalah membuktikan kapasitas manajerial setingkat Sekkot.
6. Claudi Emba Mokodongan – Kepala Dinas PUPR

Claudi Mokodongan menakhodai salah satu dinas teknis paling strategis, yakni PUPR. Dengan pengalaman mengelola infrastruktur, ia dianggap memiliki kemampuan teknokratis. Namun, dari sisi regulasi, pengalamannya harus dilihat apakah memenuhi syarat eselon II dua kali.
Akhirnya, keputusan siapa yang akan mengisi kursi Sekkot berada di tangan Wali Kota Weny Gaib. Ia dituntut untuk cermat dan obyektif dalam menilai figur yang paling tepat. Bukan hanya soal pengalaman dan popularitas, tetapi juga loyalitas, kemampuan koordinasi, dan kesanggupan mendukung visi-misi kepala daerah.
Keputusan ini akan sangat menentukan stabilitas pemerintahan Kotamobagu hingga akhir masa jabatan. Publik kini menunggu, siapa figur yang akan dipilih Wali Kota untuk melanjutkan estafet kepemimpinan birokrasi setelah Sofyan Mokoginta.(*)