TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU–Kasus penyalahgunaan barcode pengisian bahan bakar minyak (BBM) kembali mencuat. Kali ini dialami Rahman Rahim, salah satu pemilik kendaraan di Kota Kotamobagu. Saat hendak mengisi BBM, ia justru dikejutkan dengan informasi dari petugas SPBU.
“Maaf Pak, barcode Bapak sedang dipakai untuk pengisian BBM juga,” kata petugas, sebagaimana ditirukan Rahman.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan besar. Bagaimana mungkin barcode pribadi, yang hanya tersimpan di aplikasi resmi milik Rahman, bisa digunakan orang lain. Dari sinilah muncul dugaan kuat adanya permainan di tingkat SPBU.
Petugas SPBU disebut-sebut berpotensi ikut terlibat, baik dengan membocorkan data barcode maupun dengan sengaja memasukkan barcode pelanggan ke transaksi lain. Jika benar, praktik ini jelas merugikan masyarakat dan mengkhianati tujuan awal sistem digitalisasi BBM, yaitu agar distribusi lebih tepat sasaran dan transparan.
Kendati begitu, Rahman sendiri tetap diizinkan mengisi, namun hanya dibatasi maksimal Rp100 ribu.
Situasi ini semakin mempertegas bahwa ada celah dalam sistem, terutama pada pengawasan di lapangan.
Untuk mencegah kasus serupa terulang, Rahman berharap perlu
dilakukan Audit dan investigasi internal di SPBU guna memastikan tidak ada oknum yang bermain.
Selain itu memberikan sanksi tegas terhadap petugas yang terbukti menyalahgunakan barcode pelanggan.
Kasus Rahman hanyalah satu contoh. Namun, jika dugaan keterlibatan oknum petugas SPBU benar adanya, maka kepercayaan publik terhadap sistem barcode akan runtuh. Keamanan sistem tidak hanya ditentukan teknologi, tetapi juga integritas manusia yang menjalankannya. (*)