TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Jelang pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) DPD II Partai Golkar Kota Kotamobagu, dinamika politik di internal partai beringin semakin terasa. Obrolan tentang siapa sosok yang bakal tampil sebagai calon ketua mulai menjadi topik hangat, bukan hanya di kalangan kader, tetapi juga di tengah masyarakat. Dari warung kopi hingga forum-forum kecil, nama-nama kandidat terus diperbincangkan.
Salah satu nama yang muncul ke permukaan adalah Rendy Virgiawan Mangkat, Wakil Wali Kota Kotamobagu. Rendy dinilai sebagai figur muda yang memiliki pengalaman sekaligus kemampuan menjalin komunikasi lintas kepentingan. Kehadirannya dianggap bisa membawa warna baru sekaligus memperkuat posisi Golkar di tengah persaingan politik lokal yang semakin ketat.
Selain Rendy, ada juga Herdy Korompot, anggota DPRD Kotamobagu. Sosok Herdy dikenal aktif, lugas, dan dekat dengan masyarakat. Rekam jejaknya di parlemen membuatnya tak bisa dipandang sebelah mata. Herdy diyakini punya jaringan politik yang kuat, terutama di tingkat akar rumput.
Nama berikutnya yang tak kalah menarik adalah Rian Mokodompit. Tokoh muda ini belakangan disebut-sebut sebagai figur alternatif yang layak diperhitungkan. Meski tidak menjabat posisi strategis di eksekutif maupun legislatif, Rian memiliki kapasitas dan pengalaman politik yang membuatnya tetap masuk hitungan dalam bursa kandidat ketua.
Tak hanya berhenti di situ, bursa kandidat semakin ramai dengan munculnya nama Rasky Ashari Mokodompit dan Eka Mashuri. Keduanya dinilai memiliki hubungan dekat dengan struktur partai. Dukungan dari pengurus kecamatan, organisasi sayap seperti AMPG dan KPPG, serta ormas pendiri dan didirikan Golkar, disebut-sebut bisa mengalir ke mereka.
Sejumlah pengamat politik lokal menilai, Musda DPD Golkar Kotamobagu kali ini tidak sekadar menjadi ajang perebutan kursi ketua, tetapi juga momentum penting untuk mengukur soliditas partai di tingkat daerah. Persaingan antarfigur diprediksi bakal berlangsung seru, mengingat masing-masing kandidat memiliki basis dukungan dan kekuatan tersendiri.
“Golkar Kotamobagu butuh pemimpin yang mampu menjaga marwah partai sekaligus memperluas basis dukungan. Siapa pun yang terpilih, tantangan ke depan adalah bagaimana menjadikan Golkar tetap relevan di tengah perubahan peta politik,” ujar salah satu kader senior Golkar yang enggan disebut namanya.
Jika melihat konstelasi yang ada, pertarungan di Musda mendatang diperkirakan akan berlangsung ketat. Rendy dengan modal yang duduk sebagai top elsekutif, Herdy dengan kekuatan legislatif, Rian dengan semangat muda, hingga Rasky dan Eka dengan kedekatan struktural partai—semua punya peluang untuk meraih dukungan.
Dengan kondisi seperti ini, Musda Golkar Kotamobagu dipastikan tidak hanya akan menghadirkan drama politik, tetapi juga menjadi panggung lahirnya pemimpin baru yang akan menentukan arah perjalanan Partai Golkar di Kotamobagu. Bagi para kader dan simpatisan, Musda kali ini menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali komitmen membesarkan partai beringin di tingkat lokal. (*)