TOTABUAN.CO BOLMONG – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bolaang Mongondow (Bolmong) masih menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan pendapatannya. Meskipun secara internal sistem keuangan mulai menunjukkan perbaikan, namun kondisi pendapatan perusahaan setiap bulannya belum stabil. Fluktuasi pendapatan menjadi persoalan rutin yang muncul dalam laporan keuangan bulanan PDAM.
Menurut Dewan Pengawas PDAM, Sukamto Mokodompit, kondisi ini disebabkan oleh rendahnya tingkat kesadaran pelanggan dalam membayar tagihan air secara rutin. Banyak pelanggan yang menunda pembayaran hingga dua hingga tiga bulan sekaligus, sehingga memengaruhi arus kas perusahaan.
“Kendalanya ada pada proses pembayaran tagihan bulanan pelanggan. Banyak kejadian pelanggan baru membayar setelah dua atau tiga bulan. Ini yang membuat pendapatan bulanan fluktuatif dan belum bisa diprediksi secara pasti,” ujar Sukamto, yang akrab disapa Rony.
Kondisi ini, lanjut Rony, menjadi tantangan utama bagi manajemen untuk menjaga stabilitas keuangan dan merancang strategi peningkatan pendapatan. Ia menegaskan bahwa perlu ada pembenahan menyeluruh serta penerapan metode-metode khusus agar PDAM tidak terus berada dalam situasi “zona aman” yang justru menghambat perkembangan.
Senada dengan hal tersebut, Dewan Pengawas lainnya, Lucky Steven Musung, juga menyampaikan keprihatinan atas kondisi ini. Ia menyebutkan bahwa seluruh tim penagihan di lapangan sudah bekerja maksimal. Namun, kesadaran pelanggan yang masih rendah menjadi hambatan utama.
“Petugas penagihan sudah bekerja optimal, namun yang menjadi kendala adalah pelanggan yang belum membayar secara rutin setiap bulan. Meski begitu, tidak semua pelanggan demikian,” ujar Lucky.
Fluktuasi pendapatan ini tentu berdampak langsung pada perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang PDAM. Ketika pendapatan tidak stabil, maka perencanaan pengembangan layanan, perawatan jaringan, hingga inovasi layanan bisa terhambat. Oleh karena itu, diperlukan terobosan baru dalam sistem pembayaran maupun pendekatan kepada pelanggan.
Salah satu solusi yang mulai dipertimbangkan adalah digitalisasi metode pembayaran, serta pemberian insentif bagi pelanggan yang membayar tepat waktu. Di sisi lain, opsi pemberlakuan sanksi ringan bagi pelanggan yang menunda pembayaran juga menjadi wacana.
Meski tantangan eksternal masih dihadapi, PDAM mencatat kemajuan dalam tata kelola keuangan internal. Menurut Dewan Pengawas, sistem manajemen keuangan yang diterapkan manajemen baru telah membawa perubahan signifikan. Salah satu indikatornya adalah kemampuan perusahaan dalam membayar gaji karyawan secara rutin tanpa harus menunggu dana masuk dari pembayaran pelanggan.
“Dulu, untuk membayar gaji harus menunggu pemasukan terlebih dahulu. Sekarang, sistem keuangan kita sudah cukup sehat untuk mengelola kebutuhan rutin seperti gaji,” ungkap Sukamto.
Baik Sukamto maupun Lucky menegaskan bahwa kondisi PDAM belum sepenuhnya stabil dan masih membutuhkan peran aktif dari seluruh komponen perusahaan. Mereka berharap, dengan peningkatan kesadaran pelanggan serta strategi pengelolaan yang lebih matang, PDAM dapat mencapai target pendapatan yang telah ditetapkan setiap bulan.(*)