• Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
Sabtu, Agustus 23, 2025
  • Login
totabuan.co
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport
No Result
View All Result
totabuan.co
No Result
View All Result
Home Bolsel

Bukan Cari Sensasi Tapi Cari Keadilan: Ayah Aan Laporkan Kasat Reskrim Iptu Dedy Vengky Matahari

Redaksi by Redaksi
23 Agustus 2025
in Bolsel
0
Bukan Cari Sensasi Tapi Cari Keadilan: Ayah Aan Laporkan Kasat Reskrim Iptu Dedy Vengky Matahari

Kasat Reskrim Polres Bolsel Iptu Dedy Vengky Matahari

0
SHARES
1
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

TOTABUAN.CO BOLSEL — Di tengah kesunyian duka yang belum selesai, seorang ayah melangkah ke Polres Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel). Dengan berkas di tangan dan amarah yang ditahan dalam dada, ia tidak sedang menuntut balas dendam. Ia hanya ingin satu hal: keadilan untuk anak lelakinya Revan Kurniawan Santo alias Aan yang kini terbujur kaku di dalam tanah.

Inton Budi Santoso ayah dari Aan, resmi melaporkan Kasat Reskrim Polres Bolsel Iptu Dedy Vengky Matahari dan salah satu anggota bernama Grensi Selasa 20 Agustus 2025.

Tuduhannya jelas, terlibat dalam tindak penganiayaan terhadap Aan, yang beberapa hari kemudian meninggal dunia saat dalam status sebagai tahanan negara.

“Saya tahu anak saya bukan orang suci. Tapi bukan berarti dia pantas dipukuli, disiksa, lalu dibiarkan mati,” kata Inton, Ayah Aan dengan suara lirih.

Aan bukan nama besar. Ia bukan aktivis, bukan tokoh publik, apalagi pesohor. Ia hanyalah seorang pemuda biasa dari Desa Sondana. Sehari-hari, Aan bekerja sebagai buruh di kapal motor penangkap ikan. Pekerjaan yang tak menjanjikan ketenaran, hanya cukup untuk menyambung hidup.

Tinggal bersama neneknya, hidupnya jauh dari sorotan media atau dunia hukum. Namun nasib membawanya ke tempat yang tak pernah ia bayangkan menjadi tersangka dalam kasus penganiayaan saat acara drag race pada Mei lalu. Ia tidak ikut balapan. Ia tidak punya kendaraan mewah. Tapi entah bagaimana, Aan ikut terseret. Dan dari sana, hidupnya berubah selamanya

Ia ditangkap dan ditahan di Polres Bolsel selama lebih dari dua bulan. Setelah itu, Aan dipindahkan ke Rutan Kelas IIB Kotamobagu sebagai tahanan titipan kejaksaan. Tapi belum sempat menjalani sidang, ia jatuh sakit. Dan tak lama, ia meninggal dunia.

Namun yang paling memilukan bukan sekadar kematiannya. Tapi cerita yang ia tinggalkan sebelum nyawanya hilang.

Dalam sebuah video yang direkam menjelang akhir hidupnya, dan lewat sepucuk surat yang ditulis dengan tangan gemetar, Aan berbicara.

Suaranya lemah, wajahnya tampak tirus, tetapi kalimat-kalimatnya jelas seperti ingin memastikan bahwa dunia tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Saya dipukul sejak ditangkap. Di Polsek dipukul. Di Polres juga,” katanya lirih.

“Dipukul pakai pipa besi. Di dada dan di kedua paha,” sambungnya.

Itu bukan keluhan. Itu pengakuan terakhir dari seorang pemuda yang tahu nyawanya tidak akan lama lagi. Dan kini, rekaman dan surat itu menjadi jejak penting yang tak bisa disangkal. Bahwa sebelum kematiannya, Aan mengalami sesuatu yang jauh dari kata keadilan. Kesaksian itu menjadi titik balik. Bagi sang ayah, itu bukan sekadar testimoni tapi pesan terakhir anaknya yang tak bisa diabaikan.

Dua tulang retak bagi sebagian orang, itu mungkin hanya catatan medis biasa. Tapi bagi seorang ayah yang kehilangan anaknya di dalam sistem hukum, dua tulang yang retak adalah saksi bisu dari kekerasan yang dibungkam.

Kini, dua tulang itu bukan lagi hanya bagian dari tubuh mendiang Aan. Tapi menjadi alat bukti bahwa ada sesuatu yang rusak dalam sistem keadilan kita.

Setelah pemakaman, sang ayah memilih tidak tinggal diam. Ia mengaku menyaksikan langsung perubahan fisik anaknya: lebam di dada, kesakitan di seluruh tubuh, dan napas yang berat.

“Saya tidak bisa tidur sejak itu. Saya merasa gagal sebagai orang tua. Tapi satu-satunya yang bisa saya lakukan sekarang adalah memperjuangkan hak terakhir anak saya: keadilan,” kata sang ayah dengan mata berkaca-kaca.

Bagi pria itu, duka belum selesai. Namun keberaniannya muncul dari luka yang tak sembuh. Ia tahu, Aan mungkin tak akan kembali, tetapi suara anaknya tak boleh hilang begitu saja. Kini, ia melaporkan Iptu Dedy Vengky Matahari, Kasat Reskrim Polres Bolsel, yang diduga terlibat dalam penganiayaan terhadap Aan berdasarkan video pengakuan terakhir putranya sendiri.

“Anak saya memang tersangka. Tapi status itu tidak menghapus haknya sebagai manusia,” ujarnya tegas.

Keluarga Aan lainnya, Amin Laiya, juga ikut menyayangkan kekerasan yang diduga terjadi selama Aan dalam tahanan. Menurutnya, langkah sang ayah bukan sekadar reaksi atas kehilangan, tapi ujian moral terhadap keberanian hukum untuk mengoreksi dirinya sendiri.

“Jika laporan ini diabaikan, atau tenggelam seperti kasus-kasus sebelumnya, maka pesan yang sampai ke publik jelas: bahwa nyawa tahanan bisa hilang tanpa pertanggungjawaban,” kata Amin.

Namun sebaliknya, jika laporan ini diselidiki secara terbuka, jujur, dan menyeluruh, maka negara bisa membuktikan satu hal penting: bahwa hukum tidak hanya tajam ke bawah, tapi juga berani melihat ke dalam.

“Ini tidak akan kami biarkan berhenti di sini. Ini akan terus kami kawal,” tambahnya.

Ayah Aan menegaskan, langkahnya bukan untuk mencari sensasi atau balas dendam. Ia hanya ingin membela anaknya yang kini tak bisa lagi membela diri sendiri.

Dedy Membantah

Di tengah riuh spekulasi publik, satu nama kini ikut terseret. Iptu Dedy Vengki Matahari, SH, Kasat Reskrim Polres Bolsel. Menanggapi amarah publik, Polres Bolsel menggelar konferensi pers di Mapolres pada Kamis (21/08). Di hadapan awak media, Kasat Reskrim Iptu Dedy Matahari menegaskan, tidak ada kekerasan selama Aan berada dalam sel tahanan.

Dengan nada tegas namun tenang, ia menyampaikan bantahan keras terhadap tudingan yang mengaitkan dirinya dengan kematian Aan.

“Nama saya dicatut. Saya merasa sedang difitnah. Fakta hukumnya jelas saat kami menyerahkan Aan ke Kejaksaan, dia dalam kondisi sehat. Semua itu tertulis dalam berita acara serah terima tersangka dan barang bukti,” tegas Dedy dalam konfrensi pers, Kamis (21/8).

Merujuk pada surat serah terima bernomor B/29 c/VII/Res 16/Reskrim, tertanggal 21 Juli 2025. Tak hanya surat, rekaman video penyerahan tersangka ke Jaksa juga memperlihatkan Aan berdiri tegak, berjalan sendiri, tanpa menunjukkan tanda-tanda luka atau kondisi sakit serius.

“Kami tak mungkin menyerahkan seseorang dalam kondisi sakit. Dan bila ada luka atau keluhan, pasti akan dicatat dalam berita acara. Semua bisa dicek,” tambahnya.

“Nama saya disebut. Tapi saya tidak punya akses ke dalam rutan tanpa pengawasan Propam,” ujar Matahari, menepis tudingan.

“Jika memang ada kekerasan, tunjukkan kapan dan di mana kejadiannya,” sambungnya.

Dedy bahkan mengklaim dirinya mendukung langkah otopsi yang dilakukan keluarga. “Kalau saya salah, saya siap dihukum. Tapi kalau saya tidak terbukti, saya juga akan menggunakan hak saya sebagai warga negara,” tegasnya.

Aan memang telah tiada. Tapi kepergiannya meninggalkan gelombang tanya yang mengguncang nurani:

Kini, jawabannya tergantung pada apakah laporan ayah Aan akan diusut atau dikubur bersama putranya. Dan publik, kita semua, punya peran untuk terus mengawal. Agar nama Aan tidak hilang dari ingatan. Agar tidak ada lagi ayah yang harus kehilangan anak karena hukum yang diam. (*)

 

Tags: AanHAMInton SantosoKejagungmabes polriPolda SulutRevan Kurniawan Santoso
Previous Post

Di Balik Jeruji Aan Mati Perlahan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

BERITA TERKINI

Bukan Cari Sensasi Tapi Cari Keadilan: Ayah Aan Laporkan Kasat Reskrim Iptu Dedy Vengky Matahari
Bolsel

Bukan Cari Sensasi Tapi Cari Keadilan: Ayah Aan Laporkan Kasat Reskrim Iptu Dedy Vengky Matahari

by Redaksi
23 Agustus 2025
0

TOTABUAN.CO BOLSEL -- Di tengah kesunyian duka yang belum selesai, seorang ayah melangkah ke Polres Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel). Dengan...

Read moreDetails
Di Balik Jeruji Aan Mati Perlahan

Di Balik Jeruji Aan Mati Perlahan

22 Agustus 2025
Selevel Resto & Cafe Lupa Bobahasaan?

Selevel Resto & Cafe Lupa Bobahasaan?

22 Agustus 2025
Donasi Empati untuk Aan

Donasi Empati untuk Aan

22 Agustus 2025
Kebakaran Hebat di Gogagoman, Damkar Bolmong Dikerahkan ke Lokasi 

Kebakaran Hebat di Gogagoman, Damkar Bolmong Dikerahkan ke Lokasi 

22 Agustus 2025
totabuan.co

© 2019 TOTABUAN.CO by PMTech.

TENTANG TOTABUAN.CO

  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

IKUTI KAMI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport

© 2019 TOTABUAN.CO by PMTech.