• Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
Jumat, Agustus 22, 2025
  • Login
totabuan.co
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport
No Result
View All Result
totabuan.co
No Result
View All Result
Home Bolsel

Di Balik Jeruji Aan Mati Perlahan

Redaksi by Redaksi
22 Agustus 2025
in Bolsel
0
Di Balik Jeruji Aan Mati Perlahan
0
SHARES
1
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

TOTABUAN.CO BOLSEL — Bukan karena vonis. Tapi karena disiksa. Karena dibungkam. Karena sistem yang seharusnya melindungi, justru jadi algojo. Tubuh muda itu terkulai. Nafasnya tinggal sisa. Revan Kurniawan Santoso dikenal dengan panggilan Aan terbaring di RS Monompia, Kotamobagu. Dadanya sesak, matanya kosong. Ia masih berumur 20 tahun, dan detik-detik terakhir hidupnya tak diisi dengan keluarga, senyum, atau damai.
Yang mengisi detik terakhir Aan adalah luka. Rasa sakit yang merambat dari tulang yang retak. Dada yang sulit bernafas. Dan kenangan pahit dari ruang gelap bernama sel tahanan.

Aan bukan narapidana. Ia baru saja ditahan, tengah menunggu proses hukum, saat insiden perkelahian terjadi di konser Drag Race di desanya, Sondana. Ia ditangkap pada 19 Mei, dan sejak saat itu, harinya berubah menjadi mimpi buruk yang hidup.

Selama 63 hari di tahanan Polres Bolaang Mongondow Selatan, Aan tidak hanya kehilangan kebebasan. Ia kehilangan martabatnya sebagai manusia. Tubuhnya dipukul. Dada dan pahanya dihantam pipa besi. Sakit yang tak tertahankan jadi makanan harian. Sementara ia hanya bisa diam karena ancaman lebih mematikan dari rasa sakit itu sendiri.

“Jangan sampai buka suara nanti ancamannya bertambah,” bisik Aan kepada keluarganya.

Kata-kata itu bukan dramatis. Itu adalah peringatan. Itu adalah ketakutan yang tumbuh di balik jeruji yang seharusnya melindungi hak-hak manusia.

Rekaman video terakhir Aan

Sebelum napasnya benar-benar berhenti, Aan meninggalkan dua hal: rekaman video dan surat tulisan tangan. Di sana, ia mengungkap semuanya. Tentang pemukulan. Tentang nama-nama yang terlibat. Tentang rasa sakit yang tidak bisa ia tahan, baik secara fisik maupun batin.

Iptu Dedy Matahari, Kasat Reskrim Polres Bolsel, disebut dalam pengakuannya. Seorang perwira polisi, yang seharusnya menjaga hukum dan keadilan, justru diduga mengambil bagian dalam penganiayaan terhadap tahanan yang belum terbukti bersalah.

Aan mengaku dipukuli hingga sesak nafas. Ia mengeluh nyeri di dada. Dan ketika dirontgen, hasilnya tidak bohong. Dua tulang rusuk retak. Tapi Aan tetap dikembalikan ke sel. Dipaksa diam. Dibiarkan menahan sakit hingga akhirnya tubuhnya benar-benar menyerah.

Kini keluarga Aan sudah melapor. Mereka menggenggam bukti. Mereka membawa suara terakhir Aan ke SPKT Polres Bolsel. Tapi ini bukan sekadar laporan hukum. Ini teriakan kemanusiaan yang sudah terlalu lama dibungkam.

“Kami hanya ingin keadilan. Kami tidak ingin ada Aan lain yang bernasib sama,” kata keluarga, matanya sembab, suaranya bergetar.

Apa artinya keadilan, jika nyawa yang tak bisa kembali hanya dibayar dengan prosedur? Apa arti hukum, jika oknum penegak hukum malah menjadi pelaku?
Aan memang sudah tiada. Tapi penderitaannya belum selesai. Selama kita diam, selama sistem tak dibersihkan, maka jeruji-jeruji itu akan terus jadi tempat penyiksaan. Dan sekarang, pertanyaannya bukan hanya siapa yang akan bertanggung jawab atas kematian Aan. Tapi berapa banyak Aan lain yang sedang disiksa saat kita membaca ini.

Keadilan tak akan datang sendiri. Ia harus dipanggil, diteriakkan, dan diperjuangkan. Karena kalau tidak, besok, mungkin giliran anak kita atau saudara kita. (*)

Tags: #hakasasimanusia#Polresbolsel#revankurniawansantosoAanpoldasulut
Previous Post

Selevel Resto & Cafe Lupa Bobahasaan?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

BERITA TERKINI

Di Balik Jeruji Aan Mati Perlahan
Bolsel

Di Balik Jeruji Aan Mati Perlahan

by Redaksi
22 Agustus 2025
0

TOTABUAN.CO BOLSEL -- Bukan karena vonis. Tapi karena disiksa. Karena dibungkam. Karena sistem yang seharusnya melindungi, justru jadi algojo. Tubuh...

Read moreDetails
Selevel Resto & Cafe Lupa Bobahasaan?

Selevel Resto & Cafe Lupa Bobahasaan?

22 Agustus 2025
Donasi Empati untuk Aan

Donasi Empati untuk Aan

22 Agustus 2025
Kebakaran Hebat di Gogagoman, Damkar Bolmong Dikerahkan ke Lokasi 

Kebakaran Hebat di Gogagoman, Damkar Bolmong Dikerahkan ke Lokasi 

22 Agustus 2025
Kebakaran di Kotamobagu, 19 Rumah Hangus, 24 KK Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran di Kotamobagu, 19 Rumah Hangus, 24 KK Kehilangan Tempat Tinggal

22 Agustus 2025
totabuan.co

© 2019 TOTABUAN.CO by PMTech.

TENTANG TOTABUAN.CO

  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

IKUTI KAMI

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Daerah
    • Kotamobagu
    • Bolmong
    • Bolsel
    • Boltim
    • Bolmut
  • Suara Anda
    • Citizen Journalist
    • Opini
    • Foto Totabuan
  • Politik
  • Hukrim
  • Ekbis
  • Sulut
  • Advertorial
  • Berita Video
  • All Sport

© 2019 TOTABUAN.CO by PMTech.