TOTABUAN.CO BOLMONG — Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Taunami yang digelar di Desa Motabang Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) diikuti puluhan peserta.
Anggota DPR Komisi V Yasti Soepredjo Mokoagow membuka acara tersebut. Tampak Wakil Bupati Bolmong Dony Lumenta, Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG dr Daryono,S.Si Msi, Asisten II, Camat, BPBD, perwakilan guru dari sejumlah sekolah serta sejumlah stakholder dan masyarakat.
Anggota Komisi V DPR RI, Yasti Soepredjo Mokoagow menekankan pentingnya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami, mengingat Sulawesi Utara khususnya dijalur Pantura, merupakan wilayah rawan bencana.
Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami yang diselenggarakan oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) kata Yasti, menjadi pengingat akan urgensi membangun budaya tanggap dan tangguh bencana di tengah masyarakat.
“Upaya membangun kesiapsiagaan dan ketangguhan masyarakat adalah prioritas bersama. Kita ingin meminimalkan risiko korban jiwa dan kerugian material jika bencana kembali terjadi,” ujar Yasti.
Sekolah Lapang Gempa bumi dan Tsunami merupakan program edukatif yang bertujuan memperkuat kapasitas masyarakat, aparat pemerintah, serta pemangku kepentingan lainnya dalam hal mitigasi bencana. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak seperti, BMKG, BPBD, instansi pemerintah, dunia pendidikan, media, dan masyarakat.
Bupati Bolaang Mongondow 2017-2022 ini menekankan, pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mendorong pemahaman masyarakat terkait jalur evakuasi, sistem peringatan dini, hingga prosedur tanggap darurat. Menurutnya, edukasi semacam ini perlu terus ditingkatkan dan disebarluaskan.
Sebagai wakil rakyat, Yasti Soepredjo Mokoagow menegaskan komitmen Komisi V DPR RI dalam mendorong peningkatan anggaran dan program mitigasi bencana, termasuk penguatan infrastruktur tangguh bencana seperti jalan evakuasi, tempat evakuasi sementara, dan bangunan publik tahan gempa.
“Kami ingin sekolah lapang gempa bumi tidak berhenti sebagai pelatihan sesaat, tetapi menjadi bagian dari gerakan bersama masyarakat menuju daerah yang siap dan tangguh terhadap bencana,” jelasnya.
Ia juga mendorong agar program serupa terus dilaksanakan terutama warga masyarakat yang tinggal di pesisir dengan simulasi, sosialisasi, dan pembaruan peta risiko secara berkala.
Yasti juga menyampaikan apresiasi kepada BMKG, BPBD, pemerintah daerah, serta seluruh peserta yang terlibat aktif dalam kegiatan kegiayan ini. Ia berharap para peserta mampu menjadi agen perubahan di komunitas masing-masing, serta menularkan semangat kesiapsiagaan kepada lingkungan sekitarnya.
“Semoga masyarakat Sulut, khususnua di pesisir senantiasa diberi keselamatan, dan dijauhkan dari bencana. Mari kita terus jaga alam, siapkan diri, dan bangun budaya sadar risiko demi masa depan yang lebih aman,” katanya.
Wakil Bupati Dony Lumenta menyatakan dukungan penuh atas kegiatan ini. Menurutnya, edukasi seperti ini bermanfaat dalam mengurangi risiko serta meningkatkan kewaspadaan.
Selain itu kegiatan ini juga untuk memberikan pemahaman kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi gempa bumi dan tsunami.
“Pemerimtah daerah tentu mendjming penuh kegiayan ini. Karena akan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang potensi gempa bumi dan tsunami di wilayah mereka, serta cara mitigasinya,” kata Dony.
Dony memastikan, dengan mendapatkan pemahaman masrakat akan terlatih saat terjadi gempa bumi dan tsunami, termasuk evakuasi dan penyelamatan diri.
“Dengan pengetahuan dan kesiapsiagaan yang baik, diharapkan dapat mengurangi risiko kerugian material dan korban jiwa saat terjadi bencana,” paparnya.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami
BMKG dr Daryono Ssi Msi menjelaskan, Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah di Indonesia.
Selain pergerakan sesar, Sulawesi terdiri dari tiga lempengan sehingga aktivitas gempa sering terasa. Ketiga lempeng besar tersebut yakni lempeng Pasifik yang bergerak ke arah barat, lempeng Eurasia yang bergerak ke arah selatan-tenggara, dan lempeng yang lebih kecil yaitu lempeng Filipina.(*)