TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU—Pesta demokrasi pada 9 April makin dekat. Tak sedikit para calon anggota legislatif baik DPRD Kabupaten, DPRD Provinsi hingga DPR RI mencuri hari warga. Namun bagi dua pemuda ini setelah diwawancarai mengaku memilih karena faktor saudara.
Yadi Mokoagow misalnya, dia mengaku memilih caleg DPRD Kabupaten, karena faktor saudara. Padahal kata pemuda asal Passi yang berada di dapil enam ini, sebelumnya dia sudah ada niat untuk tidak memilih caleg dengan alasan banyak caleg yang tidak populis dengan kualitas instan.
“ Saya banyak tak kenal caleg. Karena selain tidak populis saya masih ragukan kemampuan mereka ketika mereka terpilih. Nah, jalan terakhir saya berencana akan memilih caleg dari faktor saudara saja,”aku Yadi.
Hal lain juga dikatakan Martopo Maani pemuda asal Pobundayan. Dia mengaku juga memilih caleg karena faktor keluarga. Meski tidak mengetahui kemampuan serta kualitas caleg yang akan dia pilih.
“ Saya lebih condong pilih caleg keluarga,dari pada harus golput. Entah bagaimana kualitas kuantitas saat mereka duduk nanti, itu tinggal urusan belakangan,” kata Martono serius.
Namun keduanya masih merahasiakan caleg mana yang mereka pilih. Untuk caleg DPRD provinsi dan DPR RI masih pikir-pikir, aku kedua pemuda ini saat diwawancarai Rabu (19/3) di warung kopi Jarod.
Namun, beda lagi dengan Ralky Sinaulan. Pemuda asal Motoling Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) ini, mengaku tak niat untuk memilih caleg di Pemilu ini. Alasannya hak untuk tidak memilih adalah hak politik yang dia pilih.
“ Untuk tidak memilih juga itu hak politik saya. Kan tidak memilih juga tidak akan menghalangi Pemilu. Kedua, ketika mereka terpilih kita juga punya hak untuk mengawasi mereka,” ujar Ralky.
Dia mengaku untuk tidak memilih caleg, karena ada beberapa faktor. Pertama banyak caleg yang tidak ada modal kemampuan. Kemampuan yang mereka miliki kata Ralky, hanya kemampuan finansial saja. Sementara kemampuan manajerial soal politik, tidak mereka miliki. Sehingga itu yang menjadi dasar dia, berencana untuk tidak memilih.
Dia mencontohkan orang duduk yang menjadi wakil rakyat, bukan hanya berppikir soal partai saja, akan tetapi wakil rakyat itu adalah orang-orang yang melahirkan pemimpin, produk hukum, produk peraturan daerah, serta produk lainnya.
“ Saya banyak lihat contoh anggota DPRD yang terpilih hanya karena faktor uang. Setelah terpilih dia tak mampu berbuat apa-apa. Apalagi soal politik anggaran,” sentil Ralky.
Editor Hasdy Fattah