TOTABUAN.CO BOLMONG – Sedikitnya 200 kader dari semua desa dan kelurahan di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) diberi pelatihan terkait kader pemberdayaan.
Pelatihan yang dilaksanakan di Hotel Sutan Raja Kotamobagu itu, dibuka Sekretaris Daerah Tahlis Gallang yang didampingi Plt Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Deyselin T. Wongkar, dan Kepala Dinas Kesehatan dr Erman Paputungan.
Sekda Bolmong Tahlis menyampaikan, apresiasi yang tinggi terhadap terselenggaranya kegiatan pelatihan tersebut.
“Kegiatan ini sangat penting, karena berhubungan langsung dengan masa depan generasi muda Bolaang Mongondow,” kata Tahlis.
Saat ini kata dia, yang menjadi fokus pemerintah ada dua, selain pengendalian Covid-19, juga pencegahan dan pemulihan Stunting.
Menurut Bolmong menjadi daerah yang ditetapkan menjadi lokus untuk penanganan Stunting.
“Sejak beberapa tahun lalu, yang dievaluasi di Sulawesi Utara hanya ada empat daerah yaitu Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan dan Minahasa Utara. Kenapa baru empat kabupaten, karena dari aspek jumlah kasus Stunting di empat kabupaten ini menonjol, termasuk di kabupaten Bolaang Mongondow,” jelasnya.
Selain itu tambah sekda, tahun lalu kasus Stunting di Bolmong menyentuh angka 172 kasus, masuk kategori tinggi, tetapi dengan perlakuan yang begitu serius dan perhatian dari instansi terkait, sampai sekarang kita berhasil turunkan mencapai 80.
“Bapak dan ibu nanti diperkenalkan dengan alat ukur, dalam proses pelatihan ini, bagaimana mengkategorikan, menyatakan anak tersebut Stunting atau tidak, mulai dari berat badan, sampai dengan tinggi badan. Ini sangat penting sekali karena terkait dengan masa depan anak itu sendiri,” tambah Sekda Tahlis menjelaskan.
Dia mengatakan, selain faktor ekonomi yang mempengaruhi, ada banyak faktor yang lain terjadi stunting termasuk pendapatan keluarga yang sangat terbatas. Namun ada justru tingkat ekonomi dan pendapatan bagus, tapi pertumbuhan anaknya tidak baik. Ini yang disebut faktor lain antara lain adalah tanggung jawab orang tua, serta budaya masyarakat setempat.
“Orang tua, tidak memperhatikan lagi asupan gizi makanan yang ada, padahal yang menjadi fokus perhatian kita adalah asupan gizi sejak hari pertama kelahiran sampai 1000 hari kelahiran. Kalau kita tidak memperhatikan sejak usia itu, maka jangan harap anak kita akan tumbuh sempurna,” tandasnya. (*)