TOTABUAN.CO BOLMONG — Kesenian tradisional Bolaang Mongondow (Bolmong) semakin kurang diminati oleh masyarakat terutama generasi muda. Bahkan banyak yang tidak mengetahui asal usul kesenian tradisional yang ada di sekitarnya.
Kuatnya arus globalisasi dan teknologi informasi yang terjadi sekarang ini, menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai kebudayaan yang ada di masyarakat Indonesia termasuk kebudayaan dan kesenian tradisional Bolaang Mongondow.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) berkerjasam dengan Lembaga Warisan Budaya Bolaang Mongondow Raya melakukan kajian untuk melakukan rekonstruksi dan merevitalisasi kesenian tradisional yang pernah ada dan saat ini terancam punah.
Langkah ini sebagai upaya dari pemerintah daerah dalam rangka menghidupkan kembali eksistensi kesenian tradisional Kabupaten Bolmong.
Saat melakukan pemaparan, Kepala Bappeda Bolmong Taufik Mokoginta mengatakan, saat ini pihaknya sedang menelusuri jejak dan menghidupkan kembali kesenian tradisional Bolmong yang sudah punah dan mulai dilupakan.
Hal ini bertujuan, untuk memberikan wawasan baru tentang strategi, pengembangan dan melestarikan kesenian tradisional Bolmong di tengah kuatnya arus globalisasi dan teknologi informasi saat ini.
“Ini demi megembalikan kesenian tradisional sebagai jati diri untuk membangun karakter identitas kultural masyarakat Bolaang Mongondow Raya,” kata Taufik saat memberikan pemaparan di kantor Desa Bilalang I Minggu 6 Juli 2021.
Penulusuran ini lanjuntya, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN Tahun 2020-2024, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 10 Tahun 2014 tentang pedoman pelestarian tradisi, Peraturan Daerah Bolmong Nomor 1 Tahun 2016 tentang RPJMD 2005-2025 dan Perda Nomor 6 Tahun 2017 tentang RPJMD 2017-2022.
Metodologi yang digunakan dalam kajian ini meliputi, pengumpulan data sekunder, wawancara dan Focus Grup Diakusi (FGD) sesuai dengan tahapan dengan melibatkan Pakar Budaya dan pemerhati kebudayaan Bolmong.
Jadi Tujuan Wisata
Selain mengembalikan kesenian tradisional sebagai jati diri untuk membangun karakter identitas kultural masyarakat Bolaang Mongondow Raya, kajian ini juga untuk menarik wisatawan.
“Kami melihat Kabupaten Bolmong harus mempersiapkan segala sesuatunya, bukan hanya pembangunan infrastruktur. Artinya, kita juga harus mengangkat pembangunan sosial dan budaya, sehingga kesenian lokal ini tidak tergerus oleh perkembangan zaman,” ujar Taufik.
Menurut dia, dengan adanya interkoneksitas transportasi dengan adanya pembangunan Bandara, Kabupaten Bolmong sudah sangat mudah dikunjungi. Oleh karena itu juga, dengan banyaknya wisatawan yang hadir, sudah sepantasnya budaya lokal juga ikut terdongkrak positif.
“Maka dari itu, kita ingin ke depan kesenian khas di Bolmong terus lestari, sehingga akan dikenali berbagai pihak di luar,” ungkapnya.
Dia menyebutkan, sejauh ini ada beberapa kesenian yang terkesan hampir punah. Walaupun, dirinya sendiri mengaku tidak hafal dengan kesenian yang dimaksud.
“Ada berbagai alasan mengapa hal itu bisa terjadi. Tapi, kita juga berupaya untuk mencari jalan agar seluruh kesenian yang ada di Bolmong ini tetap lestari,” tambahnya.
Disebutkannya, dalam kajian juga ada beberapa masukan dari para pemerhati. Dari situ, pihaknya mendapatkan beberapa langkah strategis agar pelestarian seni dan budaya bisa berjalan dengan baik.
Meski demikian, Taufik mengaku membutuhkan bantuan semua pihak untuk melakukan pelestarian kesenian. Bukan hanya regenerasi pada diri pelaku seni saja, peran pemerintah sangat besar di dalamnya.
“Makanya, kita ingin mulai dari sekarang kegiatan yang bersifat kesenian itu diperbanyak. Bukan hanya tingkatan kabupaten melainkan dari tingkatan desa kemudian OPD/SKPD. Kalau kita banyak mengadakan pertunjukkan seni, maka otomatis kesenian itu akan terus ada dan lestari. Dengan catatan, regenerasi juga perlu dilakukan agar kesenian itu dapat menular kepada generasi di bawahnya,” pungkasnya.
Terpisah pemerhati kebudayaan Bolmong Hairun Mokoginta mengakui, saat ini tradisi keseniana tradisional di Bolmong Raya sudah terkikis dengan peralihan zaman. Bahkan kata dia, ditinggalkan dan mulai punah.
Dalam pemarannya, Hairun menjelaskan ada Sebelas jenis alat musik trasisional yang dimiliki Kabupaten Bolmong. Namun tinggal empat yang sering digunakan. Itu pun hanya digunakan saat acara perkawinan atau menjemput tamu yang datang.
Hairun ikut memberikan apresiasi atas inisitiaf Pemkab Bolmong dengan melakuan penulusuran tentang jejak alat musik tradisional.
“Tentu ini menjadi harapan baru, agar kebudayaan Bolmong terus dilestarikan,” ungkapnya.
“Ada sebelas jenis alat musik tradisional saat ini sudah hampir punah. Tinggal empat yang boleh dibilang sering dimainkan,” kata Hairun.
Pada diskusi itu, Hairun memainkan salah satu alat musik Rambabo. Menurut Hairun, alat musik Rambabo terakhir kalinya dimainkan pada tahun 80 –an. Dia berharap dengan adanya upaya pemerintah daerah, kelestarian budaya Bolmong akan kembali hidup. (*)