TOTABUAN.CO BOLMONG – Kasus bayi kerdil masih saja terdapat disejumlah desa yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, dari 2.298 total bayi yang lahir pada 2020, 172 diantaranya masuk kategori stunting.
Dari angka tersebut, tersebar di Delapan desa yang ada di delapan kecamatan. Paling dominan angka kasus stunting terjadi di Desa Tanoyan dengan 88 jumlah kasus. Disusul di Desa Doloduo Kecamatan Dumoga Barat dengan 24 kasus, dan Desa Lolak Kecamatan Lolak dengan 20 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Bolmong dr Erman Paputungan mengatakan, saat ini pemerintah terus memfokuskan untuk menekan angka stunting.
Selain pemberian makanan bergizi, upaya lain untuk menurunkan stunting yakni dengan cara sosialisasi bagaimana menjaga spacing atau jarak kehamilan anak pertama dengan kedua di atas 3 tahun.
Ia menilai kedua program tersebut perlu disosialisasikan hingga ke pelosok karena masih marak pernikahan dini di daerah.
“Ada 2 program unggulannya untuk menekan angka stunting yaitu pembekalan pranikah dan jarak kelahiran anak pertama lebih dari 3 tahun,” kataya.
Selain itu intervensi langsung untuk meningkatkan status gizi ibu mengandung dan anak, juga sangat penting dilakukan.
Stunting pada balita merupakan kondisi kurang gizi kronis pada anak berusia 0–59 bulan yang diukur berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U). Anak yang menderita stunting memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya (pendek atau sangat pendek).
Hal kecil menyangkut kebersihan juga kurang diperhatikan, seperti kuku anak yang hitam dan kotor dibiarkan saja. Ini menunjukkan kurangnya pengetahuan ibu.
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal.
Untuk kabupaten Bolmong sendiri pada 2021 ini ada 14 point untuk mengintervensi angka stunting.
Yakni dengan memberikan makanan tambahan pada ibu Hamil. Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat. Mengatasi kekurangan Iodium. Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil dan Melindungi ibu hamil dari Malaria.
Selain itu mendorong inisiasi menyusui dini dan mendorong pemberian ASI eksklusif.
“Mendorong pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI. Menyediakan obat cacing dan menyediakan suplementasi Zink, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan. Ada juga dengan pemberian perlindungan terhadap malaria, memberikan imunisasi lengkap, melakukan pencegahan dan pengobatan diare,” katanya.
Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Bolmong Taufik Mokoginta mengatakan, pemerintah daerah telah menetapkan aksi konvergensi yang ada dilintas sektor guna menekan angka stunting.
Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow kata Taufik, telah menetapkan kebijakan anggaran guna menekan angka stunting.
Seperti Dana Alokasi Khusus berjumlah Rp13.939.607.793, APBN Rp87.251.939.819 dan APBD Rp20.456.303.861.
“Totalnya ada 212 Miliar lebih,” bebernya.
Dengan upaya yang dilakukan pemerintah, angka stunting di Kabupaten Bolmong terus ditekan.
Terbukti di Desa Tanoyan dari jumlah awal 88 kasus, saat ini tinggal menjadi 65 kasus. Di Desa Tungoi dari 15 kasus, saat ini tinggal menjadi 7 kasus. Desa Mopuya dari 3 kasus, saat ini tinggal 1 kasus. Di Desa Imandi dari 7 kasus, berhasil ditekan menjadi nol kasus. Desa Maelang dari 8 kasus, kini tinggal 2 kasus.
Desa Lolak dari 20 kasus kini tinggal menjadi 5 kasus, Desa Doloduo dari 15 kasus kini tinggal menjadi 5 kasus, dan Desa Komangaan dari 7 kasus kini tinggal menjadi 3 kasus. (*)