TOTABUAN.CO BOLMONG —Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tahun 2020 ini seakan ingin mengukuhkan dan meneguhkan bahwa keluarga dan rumah merupakan tempat ternyaman bagi anak.
Keluarga bukan sekadar hubungan darah bagi anak. Sudah seharusnya keluarga menjadi rumah kembali yang menyenangkan bagi anak. Tidak hanya saat pergi, anak pun merasa nyaman saat berada dalam lingkungan keluarga.
Hal itu disapaikan Bupati Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) Iskandar Kamaru saat menyempaikan sambutan dalam peringatan HAN yang bertempat di Kantor Bupati Bolsel Kamis 23 Juli 2020.
“Keluarga harus menjadi sumber inspirasi dan spirit yang selalu hidup. Hal ini dikarenakan anak belajar banyak dari lingkungan terdekat tentang banyak hal. Mereka dapat melakukan banyak hal karena mendapat dukungan inspirasi dari lingkungan terdekat,” ujar Iskandar.
Menurutnya aktivitas hidup yang melimpah berkat dukungan keluarga inilah yang senantisa menjadi obor bagi anak untuk tumbuh kembang. Namun, masih sering kita mendengar dan melihat, anak terasing dari lingkungan keluarga. Malah mereka seringkali menjadi korban kekerasan orang dewasa di rumahnya sendiri. Kekerasan itu tidak hanya dalam fisik, namun juga mental dan seksual.
Kekerasan terhadap anak terutama usia emas tidak boleh dianggap biasa. Ini masalah masalah serius yang perlu ditangani dengan bijak. Hal ini dikarenakan, anak usia SD dan dibawahnya akan menyimpan kuat memori kekerasan itu sampai dewasa. Sulit untuk menghapus memori kekerasan itu. Saat anak kecil mendapat perlakuan kasar, maka ia akan mengalami kesulitan dalam tumbuh kembang.
Oleh karena itu perlu usaha bersama agar kekerasan terhadap anak berkurang, bahkan tak ada lagi. Salah satunya adalah menguatkan peran keluarga dalam proses pendidikan dan tumbuh kembang anak.
“Keluarga menjadi aktor utama dalam proses perlindungan anak. Pasalnya, keluarga merupakan orang terdekat dalam sistem sosial anak. Saat keluarga mampu memfungsikan dirinya sebagai sahabat dan pelindung anak, maka masa depan bangsa akan cerah dan gemilang,” tegas Iskandar.
Kegembiraan anak tidak akan diukur dari limpahan materi dari keluarga. Namun, anak merasa nyaman, aman, dan tenteram bersama keluarga terkasih. Rasa itulah yang kini dibutuhkan anak.
Iskandar menambahkan, kehidupan yang beradab berawal dari bangunan keluarga yang memahami arti penting perlindungan pada anak. Oleh karenanya, orang tua hari ini perlu lebih banyak mengelus, menyentuh, dan memperhatikan anak-anaknya daripada smart phone (HP).
“Sentuhan hangat orang tua akan menjadi kekuatan bagi anak-anak. Anak akan bangkit dari setiap masalah yang ia hadapi karena ada bimbingan dan sentuhan dari orang tua. Bimbingan dan sentuhan inilah yang menjadikan anak kuat, secara lahir dan batin.
Sikap orang tua sangat penting. Setiap ujaran orang tua adalah doa bagi anak. Oleh karena itu, orang tua perlu mampu mengontrol emosi dan berpikir sebelum melontarkan sebuah kata. Lontaran kata dari orang tua dapat menjadi sebuah doa yang mujarab. Doa itulah yang akan menuntun anak menuju masa depan yang cerah.
“Doa orang tua yang tulus dan penuh harap akan menguatkan kesejatian anak. Doa orang tua akan selalu menjadi berkat dan penyelamat anak dari segala mara bahaya. Oleh karenanya, doa orang tua bagi anak menjadi sebuah ikatan batin yang menyejukan, meneduhkan, dan mengayomi,” tandasnya.
Peringatan HAN tahun 2020 mengangkat tema “Anak Terlindungi, Negara Maju” dengan dimaknai sebagai kepedulian seluruh bangsa indonesia terhadap perlindungan anak indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal, dengan mendorong keluarga Indonesia menjadi unsur pertama dan utama dalam memberikan perlindungan kepada anak, sehingga akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat.
Beberapa tantangan yang ada, dimana situasi yang tidak dapat dipungkiri yaitu Covid 19 sudah menjadi pandemi di Indonesia. Saat ini, akibat Covid-19 juga dunia tengah menghadapi krisis kesehatan global dan sosial ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di Indonesia, kehidupan jutaan anak dan keluarga seakan terhenti. pembatasan sosial dan penutupan sekolah berdampak pada pendidikan, kesehatan mental, dan akses kepada pelayanan kesehatan dasar. risiko mengalami eksploitasi dan pelecehan pun melonjak, baik bagi anak lelaki maupun perempuan.
Melalui peringatan HAN ini, pemerintah dengan seluruh lapisan masyarakat dapat bersama sama berpartisipasi secara aktif untuk meningkatkan kepedulian dalam menghormati, menghargai dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi dan memastikan segala hal yang terbaik untuk anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Selain itu HAN harus dapat juga dijadikan momentum untuk meningkatkan kepedulian semua warga bangsa indonesia, baik orang tua, keluarga, masyarakat, dunia usaha, media massa dan pemerintah terhadap peenuhan hak dan perlindungan khusus anak agar anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga menjadi generasi penerus yang bermoral dan berkualitas tinggi.(*)