TOTABUAN.CO BOLMONG — Haru terasa tercabik karena pada zaman modern ini melihat masih ada sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil belum bisa mendapat perhatian dan uluran tangan dari pemerintah.
Indonesia yang sudah merdeka 74 tahun, namun potret pendidikan masih memprihatinkan. Banyak anak-anak di daerah terpencil yang belum bisa menikmati moredenisasi saat ini. Seperti jaringan internet, alat komunikasi seperti telepon genggam (gadget), maupun televisi. Terkadang di daerah terpencil listrik pun tidak ada sehingga anak-anak kesulitan mendapatkan informasi seperti anak yang ada di kota.
Itulah sepenggal yang tergambar kondisi pendidikan di Desa Kolingangaan Kecamatan Bilalang Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) Sulawesi Utara.
Anak-anak yang tinggal di desa itu masih sulit mendapatkan kehidupan yang layak seperti anak-anak pada umumnya. Tinggal di daerah terpencil, membuat kebanyakan anak-anak tak melanjutkan studi. Itu karena faktor jarak dan kondisi infrastruktur jalan yang tidak mendukung.
Hal itu boleh dilihat saat kunjungan tim dari Dinas Pendidikan (Disdik) Bolmong Selasa 30 Juni 2020. Kunjungan itu, terkait dengan desiminasi pendidikan wilayah terpencil. SD Kolingangan masuk salah satu sekolah terpencil di Indonesia.
Sangat menyedihkan bila melihat kondisi bangunan sekolah yang tak layak pakai, yang bisa membahayakan guru maupun murid. Kondisi ini membuat guru dan para murid tidak merasa nyaman berada ruang kelas.
Persoalan kedua bagi para anak-anak Kolingangan yang lulus SD, mereka lagi tak meneruskan ke jenjang selanjutnya. Itu karena tidak ada sekolah SMP di sana. Untuk masuk SMP, mereka harus rela sekolah di SMP Negeri 3 Bilalang yang masuk daerah Kota Kotamobagu dengan jarak tempuh sejauh 13 kilometer dengan kondisi jalan rusak.
Meski hati tercabik, namun kunjungan tim Dinas Pendidikan mendapat sambutan jajaran pemerintah Desa Kolingangaan, orang tua siswa dan pihak sekolah.
Kunjungan itu, didampingi Sekretaris Dinas Pendidikan Steven Tandayu, Kepala Bidang Dikdas Abdul Rivai Mokoagow dan Kepala Bidang Program Taufik Yoyang serta sejumlah Kepala Sekolah dan guru-guru seputaran Kecamatan Bilalang.
Kondisi SD Kolingangan ini, hanya terbuat dari papan dan nyaris terbakar. Bahkan kondisi sekolah itu hingga saat ini belum sempat diperbaiki pihak sekolah.
Sekolah yang hanya memiliki tiga ruang kelas dan satu ruang guru itu, dibangun sejak 2010 melalui dana PNPM.
“Satu ruangan digunakan dua kelas,” kata Kepsek SD Kolingangan Sudirman Mokodongan.
Sudirman mengatakan, SD Kolingangan memiliki 28 siswa mulai Kelas I sampai Kelas VI. Sedangkan jumlah guru PNS berjumlah 5 orang termasuk kepala sekolah, ditambah guru kontrak 3 orang dan guru honor 1 orang.
Pertimbangan pihak orang tua untuk memilik tidak menyekolahkan anak-anak mereka, karena faktor jarak dan kondisi infrastruktur. Terlebih lagi kondisi jalannya cukup jauh dan susah dilalui, tutur Sudirman.
Kepala Dusun I Juldi Mokodongan berharap ketersediaan fasilitas pendidikan lanjutan seperti gedung SMP untuk Desa Kolingangaan.
“Kami sangat membutuhkan jenjang pendidikan tingat SMP di sini. Paling tidak ada SMP Satap yang bisa dibangun oleh daerah,” pintanya.
Ketua BPD Desa Kolingangaan Ajulun Mokodongan pun ikut mendukung harapan tersebut. “Kami selaku BPD sangat mendukung pemerintah desa yang mendorong pembangunan pendidikan tingkat SMP di desa ini. Memang ini sangat kami butuhkan. Karena rata-rata anak kita hanya sampai kelas VI. Untuk melanjutkan ke SMP, butuh biaya dan alat transpotasi. Sementara kondisi jalan rusak,” ungkap Ajulun yang ikut diaminkan Johanis Mokodompit salah stu orang tua siswa.
Kadis Pendidikan Bolmong Renti Mokoginta menyikapi hal tersebut. Melihat kondisi wilayah terpencil ini, memungkinkan untuk pembangunan SMP Satap di Desa Kolingangaan.
“Kami akan mengakomodir usulan ini. Salah satu sasaran pemerintah daerah saat ini adalah peningkatan IPM masyarakat. Indikatornya tentunya pengurangan angka putus sekolah,” tutur Renti.
Meskipun demikian, Renti terus menyarankan agar pemerintah desa untuk memasukan program tersebut dalam usulan Musrenbang tingat desa.
“Saya optimis ini akan diakomodir daerah,” ujarnya.
Menurutnya, pemerintah daerah akan terus memberikan penyetaraan pendidikan sesuai dengan keberadaan di wilayah.
“Apa yang kita temui di lapangan akan kita tindak lanjuti untuk peningkatan pendidikan di daerah. Tak hanya itu saja, untuk SDN Kolingangaan telah dianggarkan pengadaan Meubeler. Mudah-mudahan tahun ini sudah terakomodir dalam waktu dekat ini,” jelas Renti.(*)