TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU – Dana APBD tahun anggaran 2018 sebesar 1.417 miliar lebih terbuang percuma untuk pembangunan Shelter Bus Rapid Transit (BRT). Kondisi ini memperlihatkan buruknya perencanaan di Kota Kotamobagu.
Hal itu seharusnya tak perlu terjadi jika proyek yang dibangun dibahas secara matang dan mempertimbangkan pembangunan daerah.
Pemerhati pemerintahan Kota Kotamobagu Febri Bambuena mengatakan, Pemkot Kotamobagu terkesan tergesa-gesa dan asal-asalan dalam melaksanakan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana di daerah.
Dia menilai pemerintah hanya mementingkan proyek asal jadi tanpa melihat dampaknya.
“Sengaja diadakan supaya ada proyek, sehingga dana bisa keluar. Padahal, fungsi pembangunan tidak ada,” kata Febri Jumat 26 Juni 2020.
Alumni UMI Makassar ini menambahkan, meski pembangunan Shelter sudah rampung, namun tak memberi umpan balik. Sehingga terkesan mubazir. Ada 21 unit Shelter yang dibangun di sejumlah titik Kotamobagu melalui APBD 2018 lalu. Namun hingga saat ini belum memberikan manfaat.
“Sampai hari ini, tidak ada manfaatnya, jadinya mubazir,” ujarnya.
Dia menuturkan, tidak ada penumpang yang memanfaatkan shelter tersebut. Apalagi saat ini masyarakat rata-rata menggunakan becak motor (Bentor) atau kendaraan pribadi.
“Dari dulu masyarakat sudah terbiasa menggunakan Bentor dan diantar sampai depan rumah dan bukan turun di Shelter. Shelter hanya jadi tempat nongkrong saja,” ujarnya.
Dia menilai, antara pembangunan shelter dengan rencana pembangunan tak sinkron. Hal tersebut berakibat pemborosan dan menghamburkan uang negara.
“Dibuat tanpa digunakan juga kan lucu. Itu kan mubazir,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Kotamobagu Nasli Paputungan menuturkan, ada 21 unit shelter yang sudah selesai dikerjakan akhir Desember 2018 lalu. Pembangunan shelter itu menggunakan dana APBD tahun anggaran 2018 dengan pagu 1.417 Miliar rupiah lebih.
“Iya, untuk proyek Shelter sudah selesai dikerjakan. Itu berjumlah 21 unit yang tersebar di sejumlah titik,” ujar Nasli.
Rencananya shelter tersebut sudah akan dioperasikan. Nasli menuturkan ada lima unit bus yang akan dioperasikan secara gratis.
“Jadi karena masih menggunakan pelat merah, sehingga masih akan digratiskan. Nantinya untuk pengelolaan bus itu, akan dikelolah oleh Koperasi,” jelasnya.
Nilai Kontrak dan Pemenang Tender
Proyek pembangunan shelter berjumlah 21 unit telah selesai dikerjakan. Berdasarkan situs di https://lpse.kotamobagukota.go.id/eproc/lelang, ada 15 perusahan yang mendaftar lelang proyek tersebut. Dari 15 perusahan kontruksi itu, CV. Sumber Abadi menjadi menang dalam tender dari harga penawaran Rp1.417.300.000,00 dari nilai pagu yang ada Rp1.420.000.000,00.
Jika dihitung nilai Rp1.417.300.000,00 dan dibagi 21 unit, maka setiap unit Shelter dianggarkan Rp67.4 juta rupiah lebih. Wajar kah ?