TOTABUAN.CO BOLMONG- Sedikitnya 400 hektare sawah di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) terbengkalai. Beberapa faktor menjadi penyebab keengganan petani untuk menggarap lahan pertanian tersebut.
Di Desa Tanoyan Utara dan Tanoyan Selatan, tak mengalirnya air dari bendungan membuat areal pesawahan di dua desa tersebut kekeringan. Sebagian petani pun lebih memilih untuk menjadi penambang emas karena dari sisi penghasilan lebih menjanjikan.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Bolmong Taufik Mokoginta mengatakan, pemerintah berupaya memberikan rangsangan kepada petani agar tetap bersemangat untuk tetap mengolah lahan. Bantuan sosial tersebut di antaranya adalah berbentuk modal.
“Bansos tersebut bisa juga bibit atau apa pun keperluan petani. Kami harapkan, bansos tersebut bisa memberikan stimulus (rangsangan) bagi para petani agar bisa mengolah lahan mereka,” ujar Taufik.
Bantuan tersebut diberikan melalui kelompok tani. Pada tahun lalu, terdapat 20 kelompok tani yang menerima bansos tersebut. Kelompok tani tersebut tersebar di 15 kecamatan di Kabupaten Bolmong.
Mereka diberikan modal sebesar Rp 1.5 juta untuk setiap hektare. Adapun luas lahan persawahan hingga saat ini mencapai 40 ribu hektare. Luas ini masih sama seperti empat tahun lalu. Luas sawah di Bolmong terbagi dalam sawah irigasi 24 ribu hektare, tadah hujan 15 ribu hektare, ditambah lahan lainnya 1000 hektare.
“Pada 2013 lalu, Distanak Bolmong menargetkan produksi 200 ribu ton gabah kering giling. Realisasi hingga akhir tahun, produksi kita surplus 120 ribu ton atau 15 persen,” kata Taufik menandaskan.
Editor Hasdy Fattah