TOTABUAN.CO BOLMONG – Bupati Bolaang Mongondow (Bolmong) Yasti Soepredjo Mokoagow, mendorong petani untuk memanfaatkan kawasan hutan untuk membudidayakan tanaman porang. Menurutnya Porang sebagai tanaman umbi-umbian dengan nilai ekonomis tinggi.
“Tanaman porang sangat efektif ditanam di mana saja. Bahkan di bawah pohon bisa sekaligus melestarikan hutan,” ungkap Bupati.
Saat ini lanjutnya tanaman Porang masuk komoditas ekspor yang bernilai ekonomi tinggi. Sebab di luar negeri dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan aneka makanan, di antaranya mi shirataki, beras analog atau beras nonpadi, agar-agar konyaku, dan tahu.
Porang juga berguna di industri dirgantara, yakni sebagai bahan baku lem perekat untuk pesawat. Kemudian, serat dari batangnya untuk membuat baju. Ada lagi, glukomanan yang terkandung dalam porang merupakan bahan baku pembuatan kapsul.
Bupati menjelaskan, dalam satu hektare lahan bisa ditanami hingga 40.000 bibit, sedangkan saat usia tanaman 1,5 tahun berat buahnya mencapai 2 kilogram sehingga setiap hektare bisa menghasilkan 80 ton.
“Dengan harga jual per kilogram Rp10.000, maka setiap hektare lahan tanaman porang bisa menghasilkan Rp800 juta,” paparnya.
Bukan hanya memotivasi para petani, akan tetapi para pemuda agar membudidayakan tanaman porang.
“Selain menguntungkan, budi daya tanaman porang juga bagian dari upaya pelestarian hutan. Anak-anak muda juga didorong kembangkan tanaman porang,” pungkasnya.
Tanaman porang atau tanaman yang dikenal dengan nama amorphopallus oncophillus. Ciri tanaman ini merupakan tanaman yang hidup subur di hutan tropis. Tanaman ini juga dapat tumbuh dengan baik bila ditanam di daerah dataran rendah. Tanaman porang mudah tumbuh di antara tegakan pohon – pohon hutan.
Porang dikategorikan tanaman semak dengan mempunyai ciri tinggi tanaman sekitar 100 – 250 cm dengan umbi tanaman berada di dalam tanah. Ciri lain tanaman ini yaitu memiliki batang yang tegak, lunak, dan batang yang halus dengan warna hijau atau hitam belang – belang dengan totol putih. Batang tanaman porang tunggal memecah menjadi tiga bagian batang sekunder. Lalu batang tersebut akan memecah lagi serta sekaligus menjadi tangkai daun. Pada tiap – tiap pertemuan batang akan ada tumbuh bintil atau katak dengan mempunyai ciri berwarna coklat kehitamam. (*)