TOTABUAN.CO BOLTIM—Petani holtikultura di Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) terpaksa harus memanfaatkan air sisa kotoran dari warga. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kekeringan yang terjadi saat musim tanam.
Dampak musim kemarau yang terjadi lima bulan ini, para petani sayur di Desa Moat Kecamatan Modayag Boltim memanfaatkan air kotoran dari warga untuk menyiram tanaman mereka.
Dengan mengunakan mesin pemompa air, para petani menyiram tanaman mereka akibat musim kemarau. Namun air tersebut merupakan sisa pembuangan.
Rofi Pangalila salah satu petani yang ada di Desa Moat mengaku, untuk menanam sayuran disaat musim kemarau mereka membutuhkan modal yang cukup besar mencapai hingga belasan juta rupiah. Dana itu digunakan untuk menyiapkan lahan, bibit tanaman, mesin pompa air, selang, bahan bakar serta biaya sewa orang untuk menyiram tanaman.
Selain sulitnya mendapatakan air hasil pertanian petani menurun.Sebab pupuk juga mulai langkah. Sehingga berpengaruh pada hasil panen.
“Musim kemarau ini sudah berjalan lima bulan untuk menyiram sayur, kita terpaksa manfaatkan air buangan warga,” kata Rofi Pangalila petani sayur.
Dampak musim kemarau juga membuat sebagian besar lahan pertanian terpaksa ditinggalkan. Banyak petani beralih profesi yang menyebabkan lahan hanya menjadi tempat makan hewan ternak sapi. (mg1)