TOTABUAN.CO–Kurs dolar diperdagangkan sebagian besar sedikit lebih rendah pada Jumat (11/9/2015) di New York, karena data inflasi AS yang lemah mendinginkan ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve pekan depan.
Harga impor AS turun 1,8 persen pada Agustus, penurunan tertajam sejak Januari, Departemen Tenaga Kerja mengatakan dalam sebuah laporan, yang dapat membantu menghalangi The Fed menaikkan suku bunga tingkat nol pada pertemuan kebijakan mendatang, kata analis.
“Ekonomi AS menunjukkan pelemahan atau titik rawan di bawah angka standar inflasi, berita itu membebani dolar dan memperlemah harapan The Fed akan menaikkan sukunya pada minggu depan,” kata Joe Manimbo dari Western Union Business Solutions.
Manimbo mengatakan, bahwa semua mata akan mengamati data inflasi grosir dan sentimen konsumen AS pada Jumat (11/9/2015).
“Kabar lesu bisa melihat dolar melemah menjelang pertemuan Fed penting minggu depan,” tambahnya.
Dolar memperpanjang kenaikan pada Kamis terhadap mata uang Jepang, naik menjadi 120,63 yen sekitar 21.00 GMT dari 120,54 pada waktu yang sama hari sebelumnya.
Pound Inggris, sementara itu, menguat terhadap dolar dan euro setelah bank sentral Inggris, Bank of England, mempertahankan kebijakan moneternya tak berubah seperti yang diharapkan, menjaga suku bunga pada rekor rendah 0,5 persen.
sumber;Suara.com