TOTABUAN.CO – Korban jiwa longsor di pegunungan Himalaya terus bertambah. Pemerintah Nepal mengumumkan bahwa korban jiwa sampai kemarin (16/10) diperkirakan mencapai lebih dari 30 orang. Mereka terdiri atas pendaki asing, sherpa, dan penduduk sekitar.
Jasad 24 pendaki tersebut telah ditemukan di kawasan Annapurna. Sementara itu, lima penduduk lokal dan lima pendaki yang berada di base camp saat longsor terjadi hingga saat ini belum ditemukan. Mereka diperkirakan telah tewas.
“Kami mengintensifkan pencarian dan fokus pada penemuan korban selamat daripada menemukan jasad korban tewas,” ujar Koordinator tim penyelamat dari Asosiasi Agensi Pendakian Nepal (TAAN) Keshav Pandev. Mayoritas korban tewas adalah turis asing.
Saat ini masih ada 70 orang yang dinyatakan hilang dan belum diketahui keberadaannya. Proses pencarian cukup sulit. Tim penyelamat harus bergulat dengan salju setinggi pinggang.
Sebanyak 130 pendaki yang terjebak selama dua hari di wilayah Tilicho, Distrik Manang, kemarin dapat diselamatkan. Beberapa pendaki juga diketahui terjebak di beberapa guest house di distrik tersebut.
“Kami akan menyelamatkan mereka secepatnya,” ungkap Pandev. Empat helikopter digunakan untuk membantu membawa korban selamat ke lokasi yang aman. Tentara dan polisi Nepal ikut terjun langsung untuk mencari. Mereka dibantu sherpa.
Saat ini regu penyelamat sedang mencari dua warga Skovakia dan tiga guide asal Nepal yang masuk dalam daftar korban hilang. Saat longsor terjadi, mereka berada di Gunung Dhaulagiri.
“Kami mengirimkan helikopter untuk penyelamatan. Tapi, kami belum menemukan tanda-tanda keberadaan mereka. Mereka mungkin telah tewas,” tutur salah satu polisi yang ikut tim penyelamatan Ganesh Rai. Pencarian akan terus dilakukan hingga seluruh pendaki dan guide ditemukan.
Karena itu, beberapa pendakian dibatalkan. Sebab, para sherpa yang seharusnya memandu para pendaki ikut bergabung dengan tim penyelamat. Mereka berusaha mencari rekan-rekannya yang ikut menjadi korban.
sumber: jpnn.com