Penulis: Ketua KNPI Bolmong Abdusalam Bonde
Penyebaran virus corona secara global masi terus bertamba. Data Johns Hopkins University (JHU), virus corona sudah menyebar hingga ke 141 negara. Adapun jumlah kematian adalah sebanyak 5.829. Kendati demikian, jumlah yang dinyatakan pulih atau sembuh juga terus bertambah menjadi 73.955 orang.
Di Indonesia sendiri jumlahnya semakin bertambah. Menurut juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto menyatakan bahwa jumalha pasien positif COVID-19 bertambah menjadi 134 kasus, delapan diantaranya dinyatakan sembuh dan lima diantaranya meninggal dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan wabah corona sebagai pandemi. Pandemi adalah epidemi global, artinya wabah atau peningkatan kasus penyakit dengan skala yang lebih besar.
WHO kemudian menyurati semua kepala negara termasuk Presiden Jokowi untuk melakukan sejumlah langkah, termasuk mendeklarasikan darurat nasional virus corona. Karena hingga saat ini belum ditemukan obat serta metode penularannya secara pasti terhadap kasus Covid-19. Salah satu upaya yang efektif dan sudah dilakukan dari masa ke masa untuk menghentikan laju wabah virus apakah dengan system lockdown atau isolasi. Lockdown ini pun pernah dilakukan di zaman Rasulullah SAW, dan di masa khalifah Umar Bin Khatab.
Dikutip dalam buku berjudul ‘Rahasia Sehat Ala Rasulullah SAW: Belajar Hidup Melalui Hadits-Hadits Nabi’ oleh Nabil Thawil, di zaman Rasulullah SAW jikalau ada sebuah daerah atau komunitas terjangkit penyakit Tha’un, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan untuk mengisolasi atau mengkarantina para penderitanya di tempat isolasi khusus, jauh dari pemukiman penduduk. Tha’un sebagaimana disabdakan Rasulullah SWA adalah wabah penyakit menular yang mematikan, penyebabnya berasal dari bakteri Pasterella Pestis yang menyerang tubuh manusia.
Nabi Muhammad SAW kemudian memperingatkan umatnya untuk tidak dekat dengan wilayah yang sedang terkena wabah. Dan sebaliknya jika berada di dalam tempat yang terkena wabah dilarang untuk keluar. Seperti diriwayatkan dalam hadits berikut ini: “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari)
Selain Rasulullah, di zaman khalifah Umar Bin Khattab juga ada wabah penyakit. Diceritakan dalam riwayat shahih, Umar sedang dalam perjalanan ke Syam lalu ia mendapatkan kabar tentang wabah penyakit Amawas. Keesokan harinya, usai memimpin shalat subuh Umar menyeru kepada seluruh peserta rombongan, untuk kembali ke Madinah. Namun, keputusan Umar itu di debat oleh Abu Ubaidah. Abu Ubaidah berpendapat, Umar tak seharusnya kembali karena melawan ketentuan Allah SWT. Umar menjawab, saya tidak melarikan diri dari ketentuan Allah SWT, namun menuju ketentuan-Nya yang lain. Jawaban itu diperkuat oleh Abdurrahman bin Auf yang ikut dalam rombongan untuk tidak melanjutkan perjalanan karena wabah penyakit yang menyerang.
Sesampainya di Madinah, Umar memikirkan keadaan rakyat di Syam termasuk Abu Ubaidah sebagai panglima ketika itu. Umar kemudian menyurati Abu Ubaidah agar kembali ke Mandina, namun Abu Ubaidah tak ingin meninggalkan pasukan dan rakyat yang berada di Syam. Umar kemudian menulis lagi surat kepada Abu Ubaidah. Isinya menyarankannya agar memimpin rakyat setempat untuk pindah ke tanah yang tandus dan lebih tinggi. Belum sempat instruksi itu dilakukan, Abu Ubaidah meninggal dunia.
Muaz bin Jabal tampil sebagai penggantinya. Namun, ia pun ikut terserang wabah yang sama hingga wafat beberapa hari kemudian. Posisinya digantikan oleh Amr bin Ash. Gubernur Mesir itu lantas berpidato di hadapan khalayak rakyat Suriah. Penyakit ini bila sudah menyerang, menyala bagaikan api. Maka hendaknya kita berlindung dari penyakit ini ke bukit-bukit, yang sakit di isolasi, batasi pengumpulan massa. Seluruh warga mengikuti anjuran ini. Amr dan para pengungsi itu terus bertahan di dataran-dataran tinggi hingga akhirnya sebaran wabah Amawas meredah dan hilang sama sekali.
Dengan demikian keputusan cepat yang diambil oleh Gubernur Anies Baswedan dan Bupati Bolaang Mongondow Yasti Supredjo Mokoagow, yang kemudian diikuti oleh semua kepala daerah dan para pengambil keputusan lainnya dengan membatasi ASN keluar Kota, meliburkan sekolah, membatasi pengumpulan massa, isolasi diri, adalah keputusan yang tepat untuk mengantisipasi penularan wabah virus corona yang saat ini kita hadapi.
Sebagai pencegahan lain, masyarakat tetap mawas diri, jaga pola hidup sehat sebagimana yang diajarkan. Yang terpenting juga perkuat iman, karena corona bukan kutukan yang kemudian memunculkan kepanikan dan rasa takut yang berlebihan. Pesan saya “Jangan sampai rasa takut kita pada corona melebihi rasa takut kita pada Tuhan, ini jauh lebih berbahaya.” Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. (**)
Dalam sejarah kaum muslimin, penyakit itu di tangani selain isolasi itu apa?
Kapan Allah SWT mengangkat wabah tersebut apakah benar di saat musim panas?